Rabu, 29 April 2009

Mengapa Takut pada PKS ?


Wanandi: “The possibility that SBY will join with PKS makes us nervous. There is a lot of uncertainity around this. We don’t know if we can believe them.”
Oleh: Sapto Waluyo (Direktur Eksekutif Center for Indonesian Reform)

Sebuah acara talk show di stasiun televisi berlangsung seru pasca Pemilu yang baru berlalu di Indonesia. Para pembicara berasal dari partai-partai besar peraih suara terbanyak: Anas Urbaningrum dari Partai Demokrat yang tampil sebagai pemenang pemilu, Sumarsono (Sekretaris Jenderal Partai Golongan Karya yang sempat shock karena tergeser ke ranking kedua), dan Tjahjo Kumolo (Ketua Fraksi PDI Perjuangan yang menempuh jalan oposisi). Narasumber keempat adalah seorang anak muda, doktor bidang teknik industry lulusan Graduate School of Knowledge Science, Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST), Mohammad Sohibul Iman, dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Usai debat panas, Kumolo mendekati Iman dan berbisik: “Mas, bagaimana sikap teman-teman PKS terhadap PDIP? Posisi Hidayat Nur Wahid cukup berpengaruh di kalangan PDIP, dia menempati ranking kedua untuk mendampingi Ibu Mega.” Perbincangan intim itu tak pernah dilansir media manapun, meski publik mencatat Hidayat pernah diundang khusus dalam acara rapat kerja yang dihadiri pengurus dan kader PDIP se-Indonesia. Dua pekan setelah Pemilu, DPD PDIP Sulawesi Utara, yang berpenduduk mayoritas non-Muslim masih mengusulkan lima calon wakil presiden yang layak mendampingi Mega, yakni Sri Sultan Hamengkubuwono, Prabowo Subianto, Akbar Tanjung, Hidayat Nur Wahid dan Surya Paloh (Republika, 21/4). Itu bukti kedekatan partai nasionalis sekuler dengan Islam, lalu mengapa selepas pemilu yang aman dan lancar, tersebar rumor sistematik bahwa partai Islam radikal (PKS) menjadi ancaman keutuhan nasional Indonesia?

Partai Demokrat dan PKS sekali lagi membuat kejutan. Dalam Pemilu 2004, partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Dewan Pembina itu, hanya menempati urutan kelima dengan perolehan suara 7,5%. Sekarang mereka menempati tempat teratas dengan raihan suara lebih dari 20,6% menurut perhitungan suara sementara. Sementara PKS yang menempati ranking keenam pada Pemilu 2004 dengan suara 7,3% memang tak bertambah secara drastis, diperkirakan hanya meraih 8,2% suara, menurut tabulasi sementara Komisi Pemilihan Umum. Tapi, PKS dengan posisi keempat dalam pentas nasional menjadi Partai Islam terbesar di Indonesia. Inilah yang menjadi sumber kontroversi bagi sebagian pengamat Barat.

Bila kemenangan Partai Demokrat disambut meriah oleh media Barat, sehingga majalah Time berencana untuk memasukkan sosok SBY sebagai satu di antara 100 tokoh berpengaruh di dunia, maka kemunculan PKS dinilai negatif oleh penulis semisal Sadanand Dhume. Dalam Wall Street Journal Asia (15/4), Dhume menyatakan: “The most dramatic example of political Islam’s diminished appeal is the tepid performance of the Prosperous Justice Party (PKS), Indonesia’s version of the Muslim Brotherhood. PKS seeks to order society and the state according to the medieval precepts enshrined in shariah law.” Pandangan serupa diungkapkan Sara Webb dan Sunanda Creagh yang mengutip kekhawatiran pengusaha keturunan Cina, Sofjan Wanandi dan pengamat beraliran Muslim liberal, Muhammad Guntur Romli (Reuters, 26/4).

Wanandi, pengusaha sekaligus pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS), berkata terus terang: “The possibility that SBY will join with PKS makes us nervous. There is a lot of uncertainity around this. We don’t know if we can believe them.” Sedangkan, Romli menegaskan: “PKS have a conservative ideology but are portraying themselves as open and moderate because they are also pragmatic.” Kesangsian Wanandi dan Romli justru menimbulkan pertanyaan, karena mereka mungkin sudah membaca Falsafah Dasar Perjuangan dan Platform Kebijakan Pembangunan yang dikeluarkan PKS setahun sebelum penyelenggaraan pemilu. Buku setebal 650 halaman itu menjelaskan segala langkah yang sudah, sedang dan akan dilakukan PKS untuk mewujudkan masyarakat madani yang maju dan sejahtera di Indonesia. Tak ada sedikitpun disebut ide Negara teokratis atau diskriminasi terhadap kaum minoritas.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyediakan waktu khusus untuk menyimak platform PKS setebal 4,5 centimeter itu dan berkomentar, “Isinya cukup komprehensif seperti Garis-garis Besar Haluan Negara atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang disusun pemerintah meliputi seluruh aspek kehidupan Negara modern.” Prof. Jimly Ashiddiqie, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, menilai inisiatif PKS merupakan tradisi baru dalam dunia politik agar setiap partai menjelaskan agendanya ke hadapan publik secara transparan dan bertanggung-jawab. Sementara Prof. Azyumardi Azra, mantan Rektor Universitas Islam Negeri, memberikan apresiasi khusus karena PKS berani melakukan obyektivikasi terhadap nilai-nilai Islam dalam konteks masyarakat Indonesia kontemporer. Siapa yang harus kita percaya saat ini, pengusaha dan pengamat yang gelisah karena kepentingan pribadinya mungkin terhambat atau menteri dan pakar yang menginginkan perbaikan dalam kualitas pemerintahan di masa datang?

Kehadiran partai Islam memang kerap memancing perhatian, tak hanya di Indonesia. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di Turki yang secara harfiyah menyebut diri berideologi sekuler ternyata masih dicap sebagai kelanjutan dari partai fundamentalis Islam. Gerakan Hamas yang secara patriotik membuktikan diri berjuang sepenuhnya untuk kemerdekaaan nasional Palestina disalahpersepsikan sebagai ancaman perdamaian dunia. Perhatian publik semakin kritis setelah partai Islam berhasil memenangkan pemilu yang demokratis, dan berpeluang menjalankan pemerintahan. Stereotipe buruk kemudian disebarkan untuk menggambarkan partai Islam seperti virus flu yang berbahaya, dengan merujuk pengalaman di Aljazair, Sudan atau Pakistan.

Tapi, semua insinuasi itu tak berlaku di Indonesia karena partai Islam dan organisasi sosial-politik Islam yang lebih luas telah berurat-akar dalam sejarah dan memberi kontribusi kongkrit dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hanya orang bodoh yang tak tahu bahwa: organisasi modern yang pertama lahir di Indonesia adalah Serikat Dagang Islam (1905), partai politik yang pertama berdiri dan bersikap nonkooperasi terhadap penjajah Belanda adalah Syarikat Islam (1911), organisasi pemuda yang mendorong pertemuan lintas etnik dan daerah ialah Jong Islamienten Bond hingga terselenggaranya Sumpah Pemuda (1928), mayoritas perumus konstitusi dan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia (1945) adalah tokoh Islam, dan penyelamat Negara kesatuan Indonesia dari ancaman komunisme (1966) adalah organisasi pemuda dan mahasiswa Muslim nasionalis. Kekuatan Islam juga sangat berperan dalam mengusung gerakan reformasi di tahun 1998, tanpa meremehkan peran kelompok agama/ideologi lain.

Tak ada yang perlu ditakuti dari kiprah Partai Islam di masa lalu dan masa akan datang, termasuk dalam membentuk pemerintahan baru di Indonesia. Partai Islam memiliki agenda yang jelas untuk memberantas korupsi melalui reformasi birokrasi, meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan menekan angka kemiskinan dan pengangguran, sehingga semangat “jihad” yang sering disalahtafsirkan itu, dalam konteks Indonesia modern bisa bermakna: perang melawan korupsi, kemiskinan dan pengangguran. Jika ada kelompok yang takut atau memusuhi Partai Islam, maka perlu diselidiki apakah mereka memiliki komitmen yang sama untuk membasmi korupsi, kemiskinan dan pengangguran? Membatasi, apalagi mengisolasi Partai Islam, hanya akan menambah panjang persoalan yang berkecamuk di negeri mayoritas Muslim seperti Indonesia.

Partai Islam tak hanya mampu meraih dukungan yang cukup luas dalam pemilu, bahkan tokoh-tokohnya yang berusia relatif muda mulai mendapat kepercayaan pemilih. Exit poll yang digelar Lembaga Pengkajian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada tanggal 9 April menunjukkan bahwa pasangan Yudhoyono-Hidayat meraih suara 20,8 persen, mengungguli Yudhoyono-Jusuf Kalla yang meraih 16,3 persen, dan Yudhoyono-Akbar Tandjung yang hanya memperoleh 5,4 persen dukungan responden. Jika fakta elektabilitas yang tinggi ini masih diingkari, maka kecurigaan terhadap Partai Islam sungguh tak berdasar dan melawan kehendak rakyat yang menjadi inti demokrasi.

*) Center for Indonesian Reform (CIR), Gedung PP Plaza Lantai 3, Jalan TB Simatupang No. 57, Jakarta Timur Email: sapto.waluyo@gmail.com
sumber: eramuslim.com

Minggu, 12 April 2009

Pemilu 2009 di Wanajaya

Pemilu di Desa Wanajaya berlangsung aman dan Lancar. Walaupun ada sedikit masalah namun itu tak mengurangi animo masyarakat untuk mensukseskan Hajatan Nasional yang diselenggarakan tiap 5 tahun sekali yaitu Pemilu 2009. Dalam pemilu 2009 di wilayah desa Wanajaya di bagi terdiri atas 45 TPS yang tersebar disejumlah titik perumahan maupun perkampungan, diantaranya Perumahan Villa Mutiara Jaya, Perumahan Pesona Gading, Perumahan Kirana, Perumahan Alam Pesona, Rawa Lele dan Lain-lain. Tiap KPPS mendesain TPS sesuai dengan kreasi dan antusias yang beraneka ragam. Bahkan di Wilayah RW 011 yang terletak di halaman Masjid Miftahul Jannah terdapat 5 TPS yaitu TPS 6, 7, 8, 9, 10. Suasana di TPS laksana acara kenduri. Bahkan tak ketinggalan para peadagang turut hadir memeriahkan moment 5 tahunan tersebut.

Saya pun berkesempatan untuk menyambangi lokasi TPS terjauh yaitu TPS 43, 44, dan 45 yang berlokasi di kampung Rawa Lele. Jalan menuju lokasi tersebut luar biasa menantang. Bagian Kiri kanan jalan dihiasi lobang dan genangan lumpur. Namun itu semua tak menghalangi kami untuk menjadi saksi antusiasnya masyarakat Rawa Lele wanajaya untuk memilih wakil-wakilnya yang akan mewakili mereka di DPR.

Sumber penghidupan masyatakat sekitar rata-rata dari Bertani. Hal itu terlihat dari masih luasnya lahan pertanian disepanjang jalan yang kami lalui dan aktifitas masyarakat di sekitar penggilingan padi yang lokasinya berdekatan dengan TPS 45.

Walaupun tercium aroma money politik di beberapa titik TPS yang berasal dari beberapa partai politik menghiasi Pemilu kali ini, namun alhamdulillah PKS masih memimpin perolehan suara di Wanajaya disusul oleh Partai Demokrat yang menempel ketat di posisi ke 2.

Anda bisa lihat pada foto dibawah ini, semua TPS di Wanajaya yang sempat saya abadikan.
(say_dee).









Pak, kalau PKS nomor berapa ?


Sabtu, 11 April 2009 07:03
Ada suatu hal yang cukup membuat gembira hati ini, ketika menjadi saksi dari PKS di TPS San Francisco Amerika. Menjadi saksi adalah pekerjaan yang cukup melelahkan. Saksi harus full time mengawasi jalannya pemilu di TPS yang menjadi tanggung jawabnya. PKS Amerika dan Kanada mengerahkan kader-kader terbaiknya untuk ditempatkan di 9 TPS di Amerika dan Kanada.

PKS adalah satu-satunya partai politik di Amerika yang menyebarkan kader-kadernya untuk turut membantu secara langsung kelancaran dan kesuksesan PEMILU 2009 ini. Chicago, Washinton DC, Houston, Los Angeles, New York, Ottawa-Kanada, San Francisco, Toronto-Kanada dan VanCouver-Kanada adalah kota-kota besar yang diserbu oleh saksi PKS. Tanggal 9 April, Kamis adalah hari kerja yang mengharuskan mereka untuk mengambil cuti kerja demi tugas yang mulia ini.

Menjadi saksi adalah suatu kesempatan langka yang tidak sembarang orang akan merasakannya. Kenikmatan tersendiri ketika dapat bersinggungan dengan pemilih-pemilih yang tidak kita ketahui dalam kondisi kampanye. Baik pemilih partai lain atau pun pemilih PKS itu sendiri. Sebagai manusia biasa adalah maklum, ketika melakukan penghitungan suara yang muncul adalah dari partai yang lain. Akan tetapi sungguh kekecewaan itu akan hilang, manakala ada satu suara sekalipun yang memilih partai nomor delapan, yaitu PKS. Sungguh satu suara itu tidak akan ada bandingannya dengan berpuluh-puluh suara yang terakumulasi di salah satu partai. Masih ada orang yang memperhatikan partai dakwah ini adalah suatu bentuk kesayangan Allah kepada partai dakwah ini, walaupun itu adalah satu suara sekalipun. Konyol memang, tapi dari peristiwa ini kita dapat memahami apa yang dirasakan oleh Rasulullah, Nuh alaihisalam. 950 tahun berdakwah, hanya mendapatkan segelintir pemilih. Bisa jadi Nabi Nuh saat itu juga bersyukur luar biasa dengan jejak langkahnya yang masih ditapaki oleh segelintir ummat terbaiknya saat itu.

Ada satu pengalaman yang menarik yang ingin penulis sampaikan dalam tulisan ini. Pengalaman menarik yang akan menghilangkan rasa kecewa dan lelah saat-saat menghitung hasil suara di TPS.

Seorang nenek sendirian dengan kerudung putihnya memasuki ruangan TPS San Francisco. Kelihatan wajahnya yang tua dan badannya yang kurus, menandakan kalau usia sudah diatas sekitar 70 tahunan. Jaket tebal yang basah oleh air, menyadarkan aku akan udara San Francisco saat itu, dingan dan hujan rintik-rintik. Udara San Francisco yang mirip puncak di malam hari, memang terasa dingin bagi orang Indonesia yang terbiasa hidup dengan udara tropis.
Nenek yang tidak ku kenal ini kemudian memperlihatkan pasport yang masih berlakuuntuk menunjukkan bahwa dia adalah warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih. Setelah diskusi dengan petugas TPS, maka aku nyatakan bahwa memang nenek ini mempunyai hak pilih dalam pemilu kali ini, dan perlu mendapatkan surat suara.

Tersirat rasa gembira di wajah nenek ini setelah yakin bahwa dia dapat memilih di TPS San Francisco. Aku lanjutkan pekerjaanku, sibuk melihat para pemilih lain yang ingin mendapatkan surat suara. Tiba-tiba, nenek yang duduk tadi itu bertanya kepada salah seorang petugas TPS,"Pak, kalau PKS nomor berapa ?". Pertanyaan itu memudarkan konsentrasiku melihat email-email yang masuk di Lenovo X61s, notebook kesayanganku. Nenek yang sudah lanjut ini mungkin sudah lupa dengan wajahku, dan aku pun benar-benar lupa dengan wajah nenek ini. Pertanyaan ini membuat pikiran yang cukup terekam kuat di ingatanku. Siapa gerangan nenek ini ? Memoriku pun aku aduk-aduk mencari secercah ingatan yang mungkin masih ada. Akan tetapi tidak juga kutemukan memori tentang nenek ini dalam ingatanku.

Ketika sampai di rumah, peristiwa ini aku sampaikan kepada satu-satunya istriku tercinta, plus tercantik. "Mi, ada seorang nenek yang datang di TPS, abi yakin dia memilih PKS karena sebelum memilih minta dikasih tahu nomor berapa PKS itu, tapi sayang abi tidak tahu....siapa gerangan nenek itu...dan sudah tentu tidak bisa bercakap-cakap dengan kesibukan di TPS waktu itu...siapa ya ...". Istri ku pun tidak bisa menjawabnya, karena memang memori yang terekam kuat di ingatanku hanyalah, sedikit ciri wajah dan postur badan nenek itu.

Ada seorang teman yang memberitahukan bahwa photoku terpampang di detik.com. Cepat-cepat aku lihat photo itu. Alhamdulilah !!, batinku. Nenek tua itu ada di salah satu photo itu!!! Aku perlihatkan kepada istriku. "Mi, nenek yang abi ceritakan kemarin ada di detik.com!!" Aku perlihatkan link photo itu lewat Yahoo Messanger, salah satu software penyambung komunikasi rumah dan kantor.
Istriku memberitahu bahwa nenek itu adalah yang dulu datang ke San Francisco airport bersama dengan Ibu mertua. Yang dulu kita temani sebentar di air port, karena anaknya belum datang untuk menjemputnya. Waktu menemani yang terasa pendek waktu itu dengan obrolan ringan, sedikit membuka memori lamaku. Kecemasan nenek itu ketika menunggu anaknya yang akan menjemputnya kembali teringat dalam memoriku.
Tidak disangka, nenek waktu itu adalah PKSer!!!

Subhanallah !!! Aku tahu jarak tempat tinggal nenek itu, kota Oakland, tidaklah dekat untuk menuju TPS San Francisco. Kota Oakland dan kota San Francisco dipisahkan oleh jembatan besar dan panjang, yaitu jembatan BayBridge. Dan Akses sampai ke tempat TPS pun tidak mudah, walau pun dengan kendaraan pribadi sekalipun. Luar biasa nenek ini, batinku. Ingin rasanya semangat suara hati ini aku suarakan kepada teman-temanku di tanah air, tapi apa daya suara tak sampai. Aku tuliskan sepenggal puisi semangat perjuangan, semoga puisi ini sampai di hati teman-teman di Indonesia.

Wahai pengemban amanah keabaikan!
Masihkah engkau ragu dalam langkah ini ?
Wahai pengemban amanah keadilan!
Masihkah engkau beritirahat dalam derapan barisan ini ?
Wahai pengemban amanat kesejahteraan !
Masihkah engkau menikmati rihlah di waktu-waktumu yang senggang ?

Lihatlah di sini, di bumi San Francisco !!!
Seorang nenek PKSer yang berjalan demi hanya satu suara, yang mungkin tidak akan dia nikmati hasilnya kelak selama hidupnya....
Berjuang dalam terpaan rintik hujan dan rasa dingin yang menusuk ....
Menuju TPS San Francisco hanya demi keinginan untuk hidup lebih baik bagi anak cucunya nanti ...
Masihkah diri ini harus menatap pesimis dengan hasil dakwah ini ?
Sedangkan masih ada seorang nenek yang tidak kita kenal, ikhlas dan jujur mendukung kekuatan dakwah ini.

Dalam hatiku timbul suatu keyakinan, harapan itu akan masih tetap ada, manakala orang-orang yang ikhlas seperti nenek ini, mendukung dan bersama-sama dengan pejuang-pejuang militan keadilan. Bangkitlah Negeriku, Harapan itu masih tetap ada.
penulis : Muhammad Yusuf Efendi
sumber:warnaislam.com

Sabtu, 11 April 2009

PKS Kuasai Asia Tengah

Cuaca sangat cerah dengan lagit biru tanpa awan ketika Pemilu pada pagi 9 April 2009 di dilaksanakan di KBRI Tashkent, Ibu Kota Uzbekistan.

Ada 4 negara di Asia Tengah yang berada di bawah akreditasi KBRI Tashkent yaitu Uzbekistan, Kazakhstan, Kyrgystan, dan Tajikistan yang merupakan negara-negara pecahan Uni Soviet yang telah merdeka sejak 1991.

Jumlah penduduk Uzbekistan sekitar 27 Juta jiwa, Kazahstan 2.5 juta jiwa, Kyrgystan 2 juta jiwa, dan Tajikistan 2.5 juta jiwa. Potensi ekonomi wilayah ini cukup tinggi karena kaya gas alam, produk cotton dan lain-lain.

Menurut Fauzy Ammari (WGTT), lokasi pemilu langsung berada di Tashkent sebagai ibukota Uzbekistan denagan jumlah WNI 61 orang termasuk keturunan Uzbek yang memilih menjadi WNI, 20 orang di Kazakhstan, dan 7 orang Kyrgystan. WNI pekerja profesional ada 27 orang dan mahasiswa ada 2 orang.

Peralatan pemilu termasuk kotak penampung surat suara dibuat sendiri mengikuti arahan KPU pusat. Pelaksanaan pemilu dimulai pada pukul 9 sampe 12:00, pencontrengan di halaman gedung KBRI diawali oleh Dubes KBRI Tashkent, Bp. Syahril Sabaruddin kemudian dilanjutkan oleh pemilih lainnya, dan berakhir pada pukul 12:00. Kemudian penghitungan suara baru dilakukan pada pukul 12:15.

Dari hasil perhitungan langsung (bukan yang lewat pos), PKS menduduki tempat teratas dengan perolehan 16 suara (34%), PD 7 suara (15%), Golkar, PDS, Gerindra masing-masing 4 suara (8.5%) dan sisanya dimenangkan oleh partai lainnya. Hanya satu surat suara yang dinyatakan tidak sah. Para peserta pemilu bersama keluarga juga mendapat suguhan nasi uduk dan kue-kue Indonesia yang sudah terhidang rapi sebelum acara pemilu dimulai.


Zamkofa Anwar, zamkofa@gmail.com
sumber:inilah.com

PKS Kembali Kuasai Tokyo


Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berhasil mempertahankan kembali sebagai peraih suara terbanyak di TPS Tokyo Jepang dengan mengantongi 76 suara (39,5%) dari total 192 suara sah. Disusul oleh Partai Demokrat 55 suara (28,6%) dan Partai Golkar 15 suara (7,8%). Hasil perolehan suara selengkapnya bisa dilihat di homepage PPLN Tokyo http://pplntokyo.org/ci/hasil.

Pemungutan suara bertempat di Sekolah Republik Indonesia Tokyo, Kamis (9/4), dimulai sejak pukul 09:00 dan berakhir pukul 19:00 dihadiri oleh WNI yang tinggal di sekitar Tokyo. Mungkin karena hari kerja jumlah pemilih yang langsung ke TPS turun dibandingkan dengan Pemilu sebelumnya.

Ketua Tim Pemenangan Pemilu PKS Wilayah Jepang, Endrianto Djajadi mengatakan "Kemenangan sudah kami perkirakan sebelumnya karena pada Pemilu tahun 2004 yang lalu PKS menduduki peringkat pertama".

"Ini baru kemenangan awal dari PKS dan kita akan menunggu perhitungan selanjutnya yaitu surat suara yang dikirim melalui pos pada tanggal 18 April nanti. Kami optimis sampai akhir perhitungan nanti suara PKS akan terus meningkat. Ini berkat kerja keras para kader." sambung Endrianto yang juga datang ke TPS Tokyo untuk menggunakan hak suaranya.

Dari sekian banyak partai yang mengikuti Pemilu kali ini, hanya PKS saja yang mengirimkan saksinya. Ini membuktikan PKS sangat peduli terhadap kelancaran Pemilu 2009 ini.

humas@keadilan-jepang.org
sumber:inilah.com

Rabu, 08 April 2009

Profil Ustadz Amang Syafrudin, LC.


Ustadz Amang Syafrudin, LC.
Calon Anggota DPD-RI Thn 2009-2014 Nomor Urut 1 Daerah Pemilihan Jawa Barat

Amang Syafrudin, Lahir di Sukabumi, 4 Juni 1964, adalah Alumni Fak. Syari’ah, LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) Jakarta, yang berafiliasi ke Universitas Islam Muhammad Imam Ibnu Su’ud, Saudi Arabia,1990, Fak. Agama Islam STAI At-Taqwa Bekasi, 1999, dan pernah mengenyam Pendidikan di Program Pasca Sarjana Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia, 2000.

Menikah dengan istri yang dicintainya, Suryantie, dan dikaruniai satu orang putera Mush’ab Zukarnaen (21 th), Mahasiswa Fak. Kedokteran, dan empat orang puteri, Asma Hilyah al-Aulia (19 th), Mahasiswi Fak. Akuntansi Islam Internasional, Hafiah Muhshonah (13 th), siswi SLTP Depok, Umamah Nurul ‘Izzah (8 th), siswi SDIT al-Qudwah Depok, dan ‘Aisyah Nurul ‘Iffah (1,5 tahun).

Perjalanan hidupnya di masa kecil dan remaja, dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan organisasional. Di bangku Sekolah Dasar (MWB), aktif sebagai pramuka, dan terpilih untuk menyampaikan pidato perpisahaan atas nama teman-teman kelas enam saat itu (1977). Di bangku SLTP (MTs), menjabat sebagai Sekretaris PII (Pelajar Islam Indonesia) Komisariat Bogor Barat, 1978-1979, dan Ketua OSIS MTs Nurul Falah, Cibungbulang, Bogor (1979-1980). Ketika duduk di SLTA menjabat sebagai Ketua OSIS SMA Islam Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya (1982-1983), Pembantu Pembina Pramuka SMA Islam Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya (1983-1984), Anggota IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul ‘Ulama) Tasikmalaya, 1983, beberapa kali menjadi juara I lomba pusisi, dan juara III pidato Bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh IKOSIS (Ikatan OSIS) se Tasikmalaya.

Ketika lulus dari LIPIA, ia kembali aktif di organisasi sosial dengan menduduki amanah sebagai Ketua Bidang Tabligh dan Masajid LP2SI Yayasan Al-Haramain, Jakarta, 1994-1998. Selanjutnya menjadi Pengajar di MA (Madrasah Aliyah) Al-Awwabin, Depok Th. 1986 – 1990, MA dan LSDI (Lembaga Studi Da’wah Islamiah) al-Hikmah Th. 1990 – 1992, Dosen di IPPI (Institut Pendidikan dan Pengetahuan Islam) yang kemudian beralih status menjadi STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) al-Qudwah Th. 1992-Sekarang, dan Staf Dept. Politik dan Hukum Partai Keadilan (1998-200).

Saat ini aktif sebagai Ketua Yayasan Islam Al-Qudwah Depok, Peneliti IDRIS (Institute for Development and Research in Islamic Studies) Al-Qudwah, Depok, Th. 2000-sekarang, staff ahli Syari’ah Consulting Center (SCC) Jakarta, mantan anggota Dewan Syura dan salah seorang Dewan Pakar IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) Pusat , Ketua Dewan Syura Majlis Az-Zikra (Pimpinan Ust. Muhammad Arifin Ilham), anggota dan pengurus MUI Depok, Ketua Lajnah Tadrib (Komisi Training) setelah sebelumnya diamanahi sebagai Ketua Lajnah Taqnin (Komisi Perundang-undangan) DSP PKS (Dewan Syari’ah Pusat Partai Keadilan Sejahtera), di samping tetap aktif pada berbagai forum ilmiah, training, dialog, dan kajian Islam berkala di berbagai PTS ndan PTN di Indonesia.

Penulis buku Muslim Visioner ini, juga aktif melakukan perjalanan da’wah dan seminar di berbagai kota di tanah air dan sejumlah negara Eropa seperti Inggris, Perancis, Jerman, dan Belanda (1992, 1998, dan 2003), Australia (2005 dan 2004), Bangkok (2006), Studi Banding tentang Penerapan Syari’ah Islamiah ke Sudan, Mesir, dan Saudi Arabia (2007), dan terakhir menjadi Instructor pada “Islamic Summer Education Workshop (ISEW), yang diselenggarkan oleh Indonesian Muslim Society in America (IMSA), USA (Agustus-September 2008).

Demikian sekelumit biografi singkat dari Ust. Amang Syafrudin, Lc. Calon Anggota DPD-RI Tahun 2009-2014 Nomor Urut 1 Daerah Pemilihan Jawa Barat.

Mari kita beri dukungan kepada Ustadz Amang Syafrudin, LC, dengan memilih dan mencontreng gambar beliau dalam Pemilu 9 April 2009 mendatang untuk kertas suara pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), nomor urut 1.

Sumber: http://www.pks-karawang.org

Kampanye Golput Merupakan Strategi Non Muslim


Jakarta-Secara resmi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) belum mengeluarkan apa-apa. Namun secara pribadi, tetap memilih. Paling tidak, agar mengganggu skenario kelompok non Islam.

“Sejujurnya saya akui dengan memilih kita belum tembus untuk menegakkan syariah Islam. Kalau mau tembus mestinya sudah terjadi sejak dulu, ketika masyumi berkuasa. Mereka kan ikhlas semua,” terang KH Syuhada Bahri, Ketua Umum DPP DDII (Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia).

Syuhada mengungkapkan semasa Pak Natsir masih hidup, dirinya dipanggil. Lalu Pak Natsir bertanya, “Saya dengar saudara Golput?”

Syuhada menjawab, “Iya.”

Lalu Natsir melanjutkan, “Itu hak saudara, saya menghargai pilihan itu. Hanya saya memperhatikan betapa Golkar dan PDI dijadikan tangga bagi orang Kristen.”

Syuhada paham, bila umat Islam tidak memilih maka posisi umat Islam akan kembali tertindas seperti di zaman Orba. Waktu itu, terlalu banyak produk perundang-undangan yang sangat bertentangan dan merugikan aspirasi umat Islam.

Masih hangat dalam memori Syuhada, “Peristiwa Tanjung Priok berdarah, itu hasil dari tidak dekatnya aspirasi umat Islam dengan elit politik.”

Meski dirinya tidak memiliki data konkrit, “Bau-baunya saya menduga, isu golput itu dihembuskan oleh kelompok non Islam. Kitanya Golput, tapi mereka memilih. Akhirnya merekalah yang menguasai.”

[sumber: sabili.co.id]

Minggu, 05 April 2009

PKS Wanajaya Siap Menang


Bertempat di SDIT Al Fath, Ahad (5/4) Pengurus DPRa Wanajaya mengadakan pembekalan untuk saksi pada pemilu 9 April 2009 yang akan datang. Tampak hadir Ketua DPRa Wanajaya beserta seluruh stafnya, Ust. Nur Supriyanto dan Ust. Hizbullah Undu, Alhafidz.

Pada kesempatan taujihnya Ust. Nur Supriyanto yang saat ini selaku anggota DPRD Provinsi Jawa Barat meminta kepada seluruh saksi dan kader di Wanajaya agar di detik – detik akhir menjelang hari pemilihan untuk memastikan bahwa warga yang tinggal disekelilingnya sudah tercantum di DPT yang hari ini sudah mulai didistribusikan ke masing-masing RT dan juga silaturahim dan Direct selling untuk tetap dilaksanakan hingga minimal 50% dari pemilih yang ada di TPS masing-masing sudah bisa dipastikan akan memilih PKS dengan data yang jelas hingga diketahui namanya siapa saja.

Sebelum sosilisasi dan pembekalan, kembali para saksi yang akan bertugas di 45 TPS yang tersebar di wilayah Wanajaya mendapatkan taujih dari Ust Hizbullah Undu selaku Dewan Syariah Daerah Kabupaten Bekasi yang juga CAD untuk Dapil 2. Dalam Taujihnya disampaikan bahwa PKS sudah berhasil melalui berbagai hambatan dan fitnah yang ditebar lawan –lawan politiknya, Namun semua itu bisa dilalui dengan baik. Bahkan semua itu makin membesarkan nama PKS itu sendiri. Ust Undu juga meminta agar Ruhiyah seluruh kader makin diperkuat guna memenangkan Partai Dakwah ini.

Pada sesi pembekalan dan teknis dilapangan Akh Kholid, Akh Acim dan Akh Harsono menyampaikan langkah demi langkah yang harus dilakukan saksi dari mulai mengetahui sah tidaknya pencontrengan surat suara, cara pengisian surat mandat hingga aturan-aturan KPU yang mesti dipahami.

Tepat jam 11.30 acara selesai dan ditutup do’a yang dipimpin oleh Ust. H. Ade Kostaman.(say_dee)

Kamis, 02 April 2009

'PKS Makin Besar Kalau Difitnah'


Hidayat Nur Wahid

(inilah.com/ Raya Abdullah)INILAH.COM, Pariaman - Anggota Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid mengatakan, lawan-lawan politik partai berlambang bulan sabit kembar tersebut sebaiknya bersaing secara sehat. Sebab, menurutnya, partainya akan semakin besar jika terus dizalimi.

"Kita merasa, ada parpol yang agak khawatir dengan semakin populernya PKS, tapi tidak mampu bersaing secara sehat. Sehingga menggunakan cara-cara seperti memfitnah," kata Hidayat kepada wartawan, sebelum menghadiri kampanye PKS di Lapangan Merdeka, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Rabu (1/4).

Mantan Presiden PKS itu mengatakan, fitnah yang diembuskan lawan-lawan politik PKS itu, antara lain menuduh PKS sebagai kelompok Wahabi, memiliki agenda tersembunyi, dan fitnah-fitnah lainnnya.

"Bahkan, anggota DPR dari PKS, Rama Pratama dituduh melakukan korupsi. Ini semua adalah fakta-fakta yang tidak benar," kata Ketua MPR itu.

Hidayat mengatakan, kalau partai-partai lain ingin mengalahkan PKS dan mendapat simpati rakyat, caranya sederhana saja. yakni jadilah partai yang bersih, antikorupsi, peduli kepada rakyat, dan profesional.

"Kalau PKS terus difitnah, justru rakyat akan melihat PKS selalu dizalimi dan dengan itu PKS akan semakin besar," tegasnya. [*/nuz]