Selasa, 25 November 2008

Tidak ada Faksi di PKS!


Tifatul Sembiring
(inilah.com/Wirasatria)

Tifatul Sembiring
R Ferdian Andi R

Jakarta – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terus melakukan inovasi politik. Meski menuai banyak kritik dan kecaman, PKS tetap tak terusik, bahkan kian gencar meluncurkan serangkain manuver. Terakhir, PKS menaganugerahkan penghargaan kepada 106pemuda. Langkah ini juga mendapat reaksi keras.

Serangkaian upaya PKS tersebut tidak terlepas dari ambisi partai pimpinan Tifatul Sembiring ini untuk bergeser ke partai tengah. Meski demikian, rumor keretakan di tubuh PKS juga cukup santer, ditandai dengan munculnya faksi kesejahteraan dan faksi keadilan.

Faksi tersebut muncul akibat dari upaya PKS mengubah citra dan bergeser dari partai tertutup ke partai terbuka. Namun, semua rumor tersebut ditepis keras oleh Presiden PKS Tifatul Sembiring.

“Tidak ada faksi-faksi itu,” kata Tifatul saat ditemui di sela-sela silatutrahim keluarga pahlawan, akhir pekan lalu di Jakarta. Selain itu, Tifatul juga membincangkan perihal kondisi mutakhir PKS. Bagaimana perkembangan terakhir PKS? Berikut ini wawancara lengkapnya:

Bagaimana rencana koalisi dalam Pemilu 2009 mendatang?

Kalau ada persyaratan capres dengan 20% kursi DPR atau 25% dukungan suara sah nasional, saya secara pribadi berpendapat baiknya dibikin 40% supaya pemerintahan kuat dan tidak mudah digoyang. Pada 2004, saat mengusung SBY-JK, dengan koalisi PD, PBB, PKS, dan PKPI, hanya ada dukungan 18%. Itu gampang sekali digoyang di parlemen. Sehingga waktu pemilihan pimpinan komisi di DPR, habis diborong mereka tidak dibagi ke kita. Kalau 40% bisa lobilah.

Darimana suara 40% tersebut diambil?

Dari beberapa partai politik. Karena dalam kajian kami, tidak ada partai politik yang mampu meraih 25%. Artinya, semua partai politik harus menyiapkan diri untuk berkoalisi.

Bagaimana dengan iklan PKS yang ternyata mendapat reaksi keras dari publik? Sepertinya PKDS berharap simpati, namun cibiran yang didapat?

Itu kan tawaran dari kata. Dalam rangka Hari Pahlawan kita memanjang foto para pendahulu kita. Sebenarnya untuk khusus Soekarno dan Soeharto, kami menonjolkan itu dengan maksud menghargai apa yang mereka perbuat dulu. Kalau jadi bumerang, itu kan harus dikomunikasikan. Target dari iklan tersebut kan sebenarnya adalah upaya rekonsiliasi, jadi tidak ada dendam antara generasi Soekarno, Soeharto, dan seterusnya. Kita ingin cut-off, jangan sampai antargenerasi tidak membuat kemajuan, tapi harus bersinergi.

Apakah rekonsiliasi hanya direprsentasikan dengan iklan para tokoh tersebut serta mengumpulkan para ahli warisnya?

Kita tidak bisa rekonsiliasi mengumpulkan semua orang yang terkait dengan sejarah. Paling tidak, ini satu langkah awal. Yang jelas PKS hanya ingin melakukan islah. Soal nanti ada kelanjutan, ya Alhamdulillah.

Apa konsep rekonsiliasi yang diusung oleh PKS?

Frame besarnya adalah pada 2009 ini merupakan permainan terakhir bagi generasi 45-an. Seperti SBY, Wiranto, Megawati, Sri Sultan. Pada 2014 untuk mereka sudah selesai, ada generasi baru. Nah kita ingin pda 2014 kita tidak terikat lagi dengan image seperti itu.

Dulu waktu orde baru ada istilah ekstrim kanan dan ekstrim kiri. Sekarang kita ingin mengubah paradigma Indonesia maju dan modern, yang bukan lagi paradigma seperti itu, tapi paradigma persatuan dan kesatuan untuk perubahan. Dengan rekonsiliasi ini, dimaksudkan agar generasi berikutnya tidak dibebani oleh beban sejarah.

Sikap PKS terhadap Soeharto terkesan relatif soft. Pertama, saat Pak Harto di rawat di RSPP awal tahun yang meminta pemerintah agar memaaafkan kesalahan Soeharto. Kini PKS menempatkan Soeharto sebagai guru bangsa melalui iklan politiknya?

Saya kira memaafkan boleh-boleh saja, saling memaafkan tidak ada masalah. Sikap partai dakwah memang kadang paradigmanya susah dipahami oleh orang lain.

Bagaimana menyikapi hasil survei LSI yang menempatkan PKS hanya 4,9%?

Survei LSI diambil dari 34% penerima BLT dan BOS, jadi sample-nya mendukung SBY. Padahal 34% penerima BOS dan BLT hanya 10% dari penduduk Indonesia. Jadi menurut saya, itu tidak terlalu signifikan. Perubahan-perubahan seperti itu tidak ada masalah. Dulu waktu 2004, LSI merset PKS cuma 2%, hasilnya 7,34%. Jadi kalau sekarang disurvei LSI sebesar 4,9%, nanti waktu pemilu 2009 bisa 20%.

Apakah penurunan suara PKS versi LSI itu terkait dengan perubahan paradigma PKS?

Semua riset mengatakan, konsistensi pemilih PKS sebanyak 80%. Jadi manuver PKS lebih pada melebarkan sayap. Nanti ya kita lihat saja. Kalau ada yang salah, ya kita perbaiki.

Bagaimana dengan penolakan dari internal PKS atas perubahan paradigma PKS menjadi partai tengah yang memunculkan faksi keadilan dan faksi kesejahteraan?

Tidak ada itu. Namanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Di PKS itu tidak ada yang berlimpah ruah, itu tidak ada. Di pengurus tidak ada pengusaha-pengusaha.

Tidak khawatir ditinggalkan oleh pemilih tradisionalnya?

Tidak. 80% itu pemilih kita loyal kok.
sumber: inilah.com

Tidak ada komentar: