Senin, 20 Desember 2010
Luaskan Bentangan Cakrawala Kepahamanmu
Oleh: Cahyadi Takariawan
Sungguh sangat ingin aku sampaikan pesan penting ini pertama kali: luaskan bentangan cakrawala kepahamanmu. Bergerak dalam dinamika dakwah adalah pergerakan yang berlandaskan kepahaman, berlandaskan hujah, berlandaskan ilmu dan pengetahuan. Tak ada keberhasilan dakwah, jika tidak diawali ilmu dan kepahaman. Tidak akan ada keteguhan di jalan dakwah, jika tidak memiliki cakrawala pengetahuan yang memadai.
Coba aku ajak membuat perbandingan. Saat anak masih kecil, ia hanya bermain di dalam rumah saja. Ia akan bertanya tentang benda-benda yang ada di dalam rumahnya sendiri. Dengan mudah orang tua menjawab dan menjelaskan, karena itu benda-benda yang sangat umum dan dikenalnya dengan baik. Bertambah usia, si anak mulai bermain di halaman rumah. Ia bertanya tentang benda-benda yang ada di halaman rumah. Orang tua dengan mantap menjawab semua pertanyaan anak.
Bertambah lagi usianya, anak bermain di lingkungan tetangga. Ia membawa pertanyaan seputar lingkungan sekitar, dan ada beberapa pertanyaan yang mulai sulit dijawab orang tuanya. Semakin besar anak, pergaulannya semakin luas, permainannya semakin jauh, tidak hanya di lingkungan tempat tinggal. Ia mulai bepergian ke luar kota, ia mulai mengenal beraneka ragam jenis manusia. Pertanyaan yang dibawa pulang semakin banyak yang dirasakan sulit oleh orang tuanya. Apalagi saat dewasa anak mulai mengenal manca negara, ia mengunjungi berbagai negara. Pergaulannya tanpa batas geografis, betapa luas pengetahuannya dan akhirnya semakin banyak pertanyaan tidak terjawab oleh orang tuanya yang belum pernah bepergian ke luar negeri.
Apa yang terjadi? Ada senjang informasi, ada senjang tsaqafah, ada senjang wawasan, ada senjang cakrawala pemikiran,antara anak dengan orang tua. Kesenjangan ini menyebabkan dialog sering tidak menyambung, atau dialog menjadi tidak seimbang. Anak berbicara tentang teknologi tinggi, yang tidak terbayang oleh orang tuanya yang gagap teknologi. Anak bercerita tentang pesawat terbang, sementara orang tuanya belum pernah melihat bentuk pesawat kecuali melalui gambar. Merasakan naik pesawat, berbeda dengan orang yang hanya mengerti gambar pesawat.
Bagaimana jika gambaran anak di atas adalah realitas pergerakan dakwah, yang tumbuh dari kecil membesar, dari segmen yang sempit ke segmen yang tak terbatas, dari tertutup menuju keterbukaan ? Sementara orang tua tersebut adalah kader dakwah yang stagnan. Kesenjangan informasi ternyata membahayakan.
“Sedang apa kau di sini ?” tanya sang ayah.
“Aku sedang bersiap untuk terbang ke London”, jawab sang anak.
“London itu apa ?” tanya ayah.
“London itu nama sebuah tempat di Eropa”, jawab sang anak.
“Apa engkau bisa terbang ?” tanya ayah.
“Aku naik pesawat terbang”, jawab sang anak.
“Mengapa kamu pergi ke London ? Pergilah ke sawah saja tempat biasanya kamu bermain-main”, pinta sang ayah sembari keheranan.
“Biasanya anakku bermain di sawah, mengapa sekarang ia mau bermain ke London?” pikir sang ayah.
“Apakah anakku sudah menjadi kafir dan ikut-ikutan gaya hidup orang Barat ?” pikir ayah.
Tentu saja, pikiran itu berlebihan. Ayah “berhenti” informasinya hanya di sekitar rumah, paling jauh ke pasar kecamatan atau kabupaten. Sementara si anak terus berkembang, ia melanglang buana mengelilingi dunia. Wawasannya terus bertambah, sementara si ayah wawasannya sudah selesai dan titik. Agar seimbang, si ayah harus mulai dikenalkan naik pesawat terbang dan mengunjungi berbagai pulau dan negara.
Bahkan, untuk sekedar mengerti sebuah kelucuan pun, memerlukan wawasan pengetahuan yang memadai. Seseorang tidak mengerti apa yang lucu sehingga tidak tertawa, pada saat orang lain merasa sangat lucu dan tertawa terbahak-bahak. Salah satunya, karena senjang informasi.
Ada tsaqafah maidaniyah, wawasan keilmuan yang terbentuk karena interaksi seseorang dengan realitas lapangan dakwah. Semakin luas pergaulan dan lapangan aktivitasnya, akan semakin banyak tsaqafah yang didapatkan. Jika aktivis “berhenti” mendapatkan asupan wawasan dan informasi lapangan, pastilah akan terbentuk persepsi puritan yang sering tidak “nyambung” dengan realitas lapangan.
Ini yang harus dijaga, secara pribadi maupun jama’i. Jangan berhenti mencari keluasan kepahaman, baik tekstual dari kitab, maupun kontekstual dari realitas lapangan. Teruslah berjalan meniti kepahaman. Teruslah merasa haus dan dahaga dari ilmu dan pengetahuan, sehingga tidak lelah untuk mencari dan mencari. Walau bis Sin, walau di negeri China, atau di negeri manapun.***
*sumber www.cahyadi-takariawan.web.id
Gonzales Tahajud
by: abuhasan
---
"Alhamdulillah bisa menang dan masuk ke final," ucap Gonzales usai pertandingan kepada para wartawan. (detik.com)
Spektakuler! ya, gol indah semata wayang yang dilesakkan Gonzales menit ke-42 ke gawang Pilipina pada semifinal AFF 2010, Minggu (19/12/10), telah mengantarkan timnas Indonesia melaju ke babak final.
Lebih berkesan lagi adalah ungkapan syukur dari seorang El Loco, seorang mualaf kelahiran Uruguay, atas nikmat gol dan nikmat menang yang dilimpahkan kepadanya. Alhamdulillah, ya, hanya Allahlah yang patut untuk dipuja dan dipuji atas keberlimpahan nikmat yang kita dapat.
"Ini gol saya persembahkan untuk rekan-rekan saya dan para suporter Indonesia. Kemenangan ini ada karena kerja keras tim," lanjut Gonzales.
Cristian Gonzales mengajarkan kepada kita (baca: jama'ah dakwah) bahwa kesuksesan akan didapat manakala syarat 'kerja keras' dan 'kolektifitas' (amal jama'i) sudah terwujud pada jamaah itu. Kerja keras setiap individu jamaah, masing-masing kader ikhwah mengeluarkan segenap potensinya, memahami peran dan memiliki ruhul masuliyah (rasa memiliki dan karenanya bertanggung jawab), dan semua kader berpartisipasi aktif berkontribusi dengan ikhlas, tenanan tidak manja, serius ora leda lede, totalitas tidak alakadarnya, dalam bingkai kerja jama'i. Sungguh kalau itu sudah ada di DPC anda, DPRa kita, maka masalah nasrumminallah hanyalah persoalan waktu.
Selain tipe pekerja keras, "El Loco" juga pemain dengan kepercayaan diri tinggi dan pantang menyerah. Bagaimana tidak, dalam 20 menit awal, Gonzales membuang tiga peluang emas. Seorang striker kacangan pasti mentalnya jatuh jika mengalami hal tersebut. Tapi, tidak Gonzales. Dengan kerja keras ia terus bersemangat. Tak pernah ada kata menyerah dalam kamusnya.
Begitu juga seorang ikhwah kader dakwah dalam melakukan aktifitas dakwah. Ketika seruannya tidak didengar, ditolak, mentok, belum banyak ada perubahan dari mad'u, masyarakat atau negara, dia tidak menyerah dan tinggalkan arena. Mencoba dan mencoba. Satu cara tidak berhasil, cari dan gunakan pendekatan lain. Variatif, inovatif dan kreatif.
Gonzales juga tipe pemain yang tidak mudah terprovokasi lawan. Bisa dilihat bagaimana setiap kali "El Loco" menguasai bola, dua hingga tiga pemain "The Azkals" langsung mengepungnya. Ia juga terus menerima provokasi dari pihak lawan. Namun, "El Loco" tak terpengaruh. Ia tetap fokus pada targetnya, menjebol gawang Filipina. Alhasil, kerja keras ini akhirnya terbayar melalui tendangan maut di menit ke-42.
Dalam dakwah kita sering mendapat tantangan maupun provokasi baik dari kalangan internal yang "kecewa" maupun dari pesaing yang khawatir kita berhasil dengan menebarkan opini menyudutkan. Kalau kita sudah yakin dengan jalan dakwah ini, maka fokus pada target dakwah, dan kalaupun ada yang "mengganjal" di hati atau pikiran segera tabayun dengan jajaran qiyadah, murobbi, naqib.
Kekuatan Do'a & Ibadah
"Tadi malam saya suami sekeluarga tahajud, berdoa semoga suami saya mencetak gol pada pertandingan nanti," tutur Eva Siregar istri Gonzales dalam sebuah tayangan infotainment di sebuah TV swasta usai pertandingan semifinal leg pertama.
Sungguh indah, manakala kita menyadari bahwa betapa lemahnya ikhtiar kita tanpa ditopang doa dan ibadah ekstra.
Kesuksesan Gonzales mencetak gol tak terlepas dari berkah shalat tahajud yang dilakukan sehari sebelum pertandingan krusial tersebut. Menurut Eva, striker berusia 34 tahun yang memutuskan masuk Islam pada 9 Oktober 2003 atau sejak menikah dengan Eva itu sangat taat beragama. Gonzales juga telah membangun sebuah masjid di wilayah Gresik.
"Sekarang, setiap main saya selalu ingatkan dia baca Al Fatihah. Lucu juga dengar logatnya. Saya juga yang ajarin dia shalat," tutur Eva saat ditemui di Hotel Sultan sebelum pertandingan.
Kalau Gonzales saja tahajud, tentu bagi kita para kader dakwah harus lebih rajin qiyamullail untuk membuka pintu-pintu kemenangan. Ditambah rajin puasa sunah, menghiasi lisan dengan dzikrullah, membiasakan tilawah Al-Quran 1 juz per hari, tidak melewatkan ma'tsurat, selalu sholat berjamaah di masjid, tidak lupa dhuha sebelum kerja, sunah rowatib juga tidak ditinggalkan.
"Dan pada sebahagian malam hari, sholat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (17:79)
***
NB: Biro Perjalanan Haji Maktour memberikan hadiah Umrah gratis untuk Gonzales dan istrinya menyusul penampilan gemilang Gonzalez bersama skuad Merah Putih. Gonzalez pun sangat berterima kasih. Ia memang mengaku sudah sejak lama ingin menjalankan ibadah umroh. "Terima kasih, saya sangat senang karena memang ingin menjalankan itu," ujarnya dalam acara telewicara di salah satu stasiun televisi swasta beberapa waktu setelah mengantarkan timnas menang semifinal leg pertama.
sumber: pkspiyungan.blogspot.com
Jumat, 03 Desember 2010
Kecewa adalah Tanda Cinta
Oleh: Cahyadi Takariawan*
“Orang-orang partai politik itu mudah kecewa. Begitu keinginannya tidak terpenuhi, lalu keluar dari partainya dan membuat partai baru”, kata seorang teman kuliah di Lemhannas berapi-api. Aku hanya mengatakan, “Tergantung partainya, dan tergantung orangnya”. Dia terus saja mengomel tentang jeleknya orang-orang parpol, dan jawabanku pun tetap sama.
Ini soal perasaan kecewa. Sesungguhnyalah kecewa muncul karena adanya harapan yang tidak kesampaian. Ada harapan yang ditanam, dan ternyata tidak didapatkan dalam kenyataan. Inilah yang menyebabkan muncul kekecewaan. Jarak yang terbentang antara harapan dengan kenyataan itulah ukuran besarnya kekecewaan. Semakin lebar jarak yang terbentang, semakin besar pula kekecewaan. Oleh karena itu, kecewa itu ada di mana-mana, di lingkungan apa saja, di dunia mana saja, selalu ada kecewa.
Mari kita mulai dari yang paling kecil dan sederhana. Kadang kita kecewa dengan diri kita sendiri. “Mengapa saya tidak begini, mengapa saya tidak begitu”, adalah contoh kekecewaan yang kita alamatkan kepada keputusan kita sendiri yang telah terjadi. Kita menyesal di kemudian hari.
Dalam kehidupan rumah tangga yang isinya hanya dua orang saja, yaitu suami dan isteri, bisa muncul kekecewaan. Suami kecewa kepada isteri, dan isteri kecewa kepada suami. Hidup berdua saja bisa menimbulkan kecewa, apalagi kehidupan organisasi atau negara. Jika di dalam rumah tangga mulai ada anak-anak, kekecewaan bisa bertambah luas. Anak kecewa dengan sikap orang tuanya, dan orang tua kecewa dengan kelakuan anaknya. Satu anak dengan anak lainnya juga bisa saling kecewa mengecewakan.
Satu keluarga bisa kecewa atas perbuatan keluarga lainnya dalam sebuah lingkungan tempat tinggal. Satu desa bisa kecewa dengan desa lainnya dalam satu kecamatan. Indonesia sangat kecewa dengan sikap Amerika yang arogan, kecewa dengan sikap Israel yang merampas hak warga sipil Palestina secara semena-mena. Sebagaimana Amerika kecewa dengan Indonesia karena kurang akomodatif dengan kebijakan Amerika. Israel kecewa dengan Indonesia karena tidak mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Jamaah sebuah masjid bisa kecewa dengan sikap imam masjid, sebagaimana imam masjid bisa kecewa dengan kondisi jamaah. Masyarakat gereja bisa kecewa terhadap pendeta sebagaimana pendeta bisa kecewa terhadap keadaan jemaatnya. Suporter sepak bola sering kecewa terhadap tim yang dibelanya, sebagaimana pemain sepak bola sering kecewa kepada sikap para suporter.
TNI bisa kecewa terhadap kebijakan dan sikap Polri sebagaimana Polri bisa kecewa terhadap TNI. Angkatan Darat bisa kecewa terhadap Angkatan Laut dan Udara, sebagaimana Angkatan Laut bisa kecewa terhadap Angkatan Darat dan Udara, atau Angkatan Udara kecewa terhadap Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Di Angkatan Darat, seorang komandan bisa kecewa terhadap anak buahnya, sebagaimana anak buah bisa kecewa kepada komandannya.
Dalam gerakan dakwah, seorang kader bisa kecewa kepada pemimpin, sebagaimana pemimpin bisa kecewa atas sikap para kader. Seorang kader PKS menyampaikan pesan lewat SMS kepada saya, yang isinya mengatakan sangat kecewa dengan PKS dan akan keluar serta bergabung dengan sebuah gerakan dakwah tertentu, sebut saja gerakan G. Saya menjawab dengan dua kali jawaban. Pertama, bahwa hak masuk dan keluar dari PKS adalah di tangan anda sendiri, tak ada yang boleh memaksa. Kedua, kalau anda keluar dari PKS karena kecewa dan akan bergabung dengan gerakan dakwah G, maka ketahuilah bahwa gerakan G itu juga pernah mengecewakan anggotanya. Ada banyak orang kecewa dari gerakan G dan berpindah ke gerakan yang lainnya. Di setiap gerakan dakwah, selalu ada orang yang kecewa dan meninggalkan gerakan dakwah itu. Selalu.
Sepanjang sejarah kemanusiaan paska masa kenabian, tidak ada satupun organisasi yang tidak pernah mengecewakan anggotanya. Semua organisasi, semua gerakan, semua harakah pernah mengecewakan anggotanya. Selalu ada anggota organisasi atau anggota gerakan yang kecewa dan terluka. Selalu.
Ini bukan soal benar atau salahnya kondisi tersebut. Ini hanya potret sesungguhnya, begitulah kenyataan yang ada. Cobalah sebut satu saja contoh organisasi, ormas, gerakan dakwah, instansi, atau apapun. Pasti ada riwayat pernah ada anggota atau pengurus yang kecewa. Kalau tidak ada yang pernah dikecewakan, berarti organisasi tersebut belum pernah beraktiviktas nyata.
Bahkan organisasi yang dibuat dari kumpulan orang kecewa, pasti pernah mengecewakan anggotanya pula. Misalnya sekelompok orang kecewa dengan kebijakan organisasi A, lalu mereka menyingkir dan berkumpul. Mereka bersepakat, “Kita berkumpul di sini karena dikecewakan para pemimpin kita. Sekarang kita himpun potensi kita, dan kita berjanji untuk tidak saling mengcewakan lagi. Jangan ada yang dikecewakan disini”. Tatkala mereka sudah eksis sebagai organisasi, maka pasti ada yang kecewa di antara mereka.
Mereka tidak tahu, bahwa kecewa itu tanda cinta. Kalau tidak cinta, tidak mungkin kecewa. Karena cinta, maka muncullah berbagai harapan kita. Setelah harapan tertanam, ternyata apa yang kita lihat dan kita alami tidak seperti yang diharapkan. Maka muncullah kecewa.
Mengapa beberapa orang parpol yang kecewa lalu membuat parpol baru lagi ? Karena boleh menurut Undang-undang. Coba kalau Undang-undang membolehkan membuat TNI baru, atau Polri baru, atau Mahkamah Agung baru, atau DPR baru, pasti sudah banyak orang membuat dari dulu. Banyak orang kecewa dengan TNI, banyak orang kecewa dengan Polri, banyak orang kecewa dengan Mahkamah Agung, banyak orang kecewa dengan DPR, banyak orang kecewa dengan Presiden dan Wakil Presiden, banyak orang kecewa dengan Menteri, banyak orang kecewa dengan Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa, Ketua RW atau Ketua RT.
Jadi, kecewa itu ada dimana-mana, karena cinta ada dimana-mana, karena harapan ada dimana-mana. Namun muncul pertanyaan, pantaskah kita tidak berani memiliki harapan karena takut dikecewakan ? Jawabannya jelas, tidak pantas !
Karena harapan itulah yang membuat kita bersemangat, karena harapan itulah yang membuat kita bekerja, karena harapan itulah yang membuat kita selalu berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik, bahkan karena harapan itu pula yang membuat kita ada. Jangan takut memiliki harapan masuk surga. Jangan takut memiliki harapan Indonesia yang makmur dan sejahtera. Jangan takut memiliki harapan Indonesia menjadi negara paling adil dan paling maju di seluruh dunia.
So, teruslah memiliki dan memupuk harapan. Teruslah bekerja, teruslah berkarya, hingga akhir usia. Jangan takut kecewa.
Pancoran Barat 30 Nopember 2010
*sumber: http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=519
*posted by: pkspiyungan.blogspot.com
Sabtu, 06 November 2010
PKS dan Harapan yang Tersisa untuk Indonesia
Oleh: Anugrah Roby Syahputra
Jika mendengar nama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) disebut, kita akan langsung terbayang pada sosok anak-anak muda berjenggot rapi dan kaum perempuan berbusana rapi dengan jilbab besar yang rajin berdemonstrasi. Ya, partai yang cikal bakalnya disebut Ali Said Damanik (Fenomena Partai Keadilan, 2002) berakar dari Gerakan Tarbiyah yang marak di kampus-kampus pada dekade 80-an itu kini melaksanakan Musyawarah Wilayah ke-2 untuk wilayah Sumatera Utara yang berlangsung di Medan pada tanggal 7-10 Oktober 2010. Ini merupakan momentum yang tepat untuk merumuskan perbaikan bagi tanah bertuah yang berbudi luhur ini.
Banyak hal yang telah ditorehkan oleh partai berlambang dua bulan sabit kembar mengapit padi ini. Sejak awal mula pendiriannya saja, partai yang dulunya bernama Partai Keadilan (PK) ini telah mencengangkan publik Indonesia. Deklarasi pendiriannya di halaman Masjid Al-Azhar, Jakarta dihadiri lima puluh ribu kader. Ini mengagetkan banyak pihak bagaimana mungkin sebuah partai baru bisa menghadirkan massa sebanyak itu. Terlebih lagi setelah mengetahui hasil Pemilu 1999 di mana PK berhasil merebut 7 kursi DPR RI, 26 kursi DPRD Propinisi, 163 kursi DPRD Kabupaten/Kota dan 1,4 juta suara pemilih atau 1,6 % dukungan rakyat. Ini sebuah debut perdana yang mengagumkan. Cuma PK satu-satunya partai baru yang bisa mendapat raihan suara sebanyak itu.
Lalu keajaiban kembali terjadi di 2004. Electoral treshold yang saat itu menjegal banyak kekuatan politik reformasi, tidak menjadi penghalang bagi partai dakwah ini untuk terus bekerja. Mereka memilih baju baru PKS untuk mewarisi dan melanjutkan cita-cita perjuangan PK. Dan hasilnya PKS (bersama Partai Demokrat) menjadi rising star dalam percaturan politik nasional. Capaian suaranya melejit tajam hingga 7,34% (8.325.020) dari jumlah total pemilih dan mendapatkan 45 kursi dari total 550 kursi di DPR. Sementara di Pemilu 2009 sebenarnya PKS mengalami “kekalahan” di beberapa kota besar yang menjadi basis mereka seperti Jakarta, Bandung dan Medan setelah disapu oleh tsunami iklan SBY dan Demokrat, meskipun syukurnya PKS bisa melakukan ekstensifikasi konstituen yang kini semakin melebar tidak hanya di wilayah urban.
Namun, hal yang amat patut diapresiasi adalah semangat PKS yang tak pernah pupus untuk berbuat kebaikan bagi bangsa. Program-program sosial mereka tetap dijalankan, meski tidak diekspos besar-besaran oleh media massa. Dalam penanggulangan bencana, PKS tetap menurukan relawan dan bantuan dana yang tidak pernah sedikit. Termasuk ketika membantu korban musibah gempa Sumatera Barat, Situ Gintung, dan banjir di beberapa daerah. Aksi-aksi solidaritas tetap mereka jalankan meskipun sering difitnah menjadikan kepedihan saudara sendiri di Palestina sebagai komoditas politik. Tulus atau tidak, sedikitnya sudah lebih dari 22 milyar rupiah yang berhasil dihimpun dan disalurkan PKS untuk perjuangan kemerdekaan dan misi kemanusiaan di bumi Al-Quds sana. Begitu pula para anggota legislatifnya yang sampai saat ini Insya Allah masih amanah dan tetap menolak budaya suap walaupun tak jarang dicemooh sebagai orang munafik. Seperti yang dilansir berbagai media, PKS masih tetap menjadi partai terdepan dalam perlawanan terhadap kultur koruptif di pemerintahan. Hal ini dibuktikan dengan data KPK yang menunjukkan bahwa PKS adalah partai yang paling tinggi angka pengembalian gratifikasinya dan tingkat kepatuhan dalam melaporkan kekayaan.
Di samping itu, sejauh ini partai yang kini dipimpin Luthfi Hassan Ishak itu mau tak mau harus diakui telah berhasil melakukan strategi political marketing yang jitu. Terbukti slogan Bersih, Peduli dan Profesional yang didengung-dengungkan telah melekat di benak masyarakat. Hal ini bukanlah semata karena faktor keunggulan konsultan politik sebagaimana yang dilakoni parpol lain, melainkan lebih disebabkan oleh kesantunan sikap berpolitiknya yang tetap mengedepankan prilaku jujur dan bersih, kepekaan pengurus dan kadernya terhadap masalah sosial dan isu-isu kerakyatan serta keberhasilan kader-kadernya yang didaulat menjadi pejabat publik. Kementerian Pertanian yang telah dua kabinet dipegang oleh kader PKS misalnya telah mencatatkan prestasi memperoleh swasembada pangan. Selain itu, kader PKS yang menjad kepala daerah pun juga tak kalah prestasinya. Misalnya, Nurmahmudi Ismail yang mendapat amanah sebagai walikota Depok mendapatkan penghargaan dari KPK sebagai kota yang paling bersih dan tranparan proses pengadaan barang dan jasanya.
Membaca Jalan Moderat PKS
Sejak Mukernasnya pada 2008 di Denpasar, wacana perubahan PKS menjadi partai terbuka menggema di mana-mana. Partai yang selama ini dicap ekslusif ini menyatakan kesiapannya untuk membersamai seluruh komponen bangsa tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, agama dan ras. Apalagi setelah Munas ke-2 PKS di Hotel Ritz Carlton, Jakarta yang semakin meneguhkan komitmen mereka menghargai pluralitas dan kebhinekaan Indonesia dengan mengundang tokoh-tokoh Amerika dan negara Eropa untuk duduk bersama membincangkan masa depan bangsa. Hal tersebut, ungkap J. Kristiadi, menunjukkan bahwa PKS adalah partai yang percaya diri dan bukan harus inferior terhadap negara adidaya. Ditambah lagi iklan-iklan yang menampilkan sosok-sosok beragam mulai dari kyai sampai anak punk, mulai dari Natsir sampai Soekarno dengan merahnya yang menyala. Barangkali pencitraan keberagaman yang ditampilkan tersebut adalah dalam kerangka mewujudkan visi dan misi PKS sebagai “Partai Dakwah Penegak Keadilan dan Kesejahteraan dalam Bingkai Persatuan Ummat dan Bangsa” sebagaimana tercantum dalam AD/ART partai. Partai ini kemudian ingin bisa dikategorikan sebagai kelompok “moderat” (Collins, 2004; ICG, 2005), dalam pengertian menerima demokrasi dan bekerja dalam kerangka konstitusional dan non-kekerasan demi memperoleh simpati masyarakat. Sebab, beberapa waktu sebelumnya, santer tuduhan bahwa PKS membawa hidden agenda untuk menegakkan negara Islam yang dikhawatirkan sebagian kalangan akan merugikan kelompok minoritas. Kekhawatiran itu setidaknya terungkap dalam buku Ilusi Negara Islam yang diterbitkan oleh Ma’arif Institute dan LibforAll Foundation. PKS mendapat fitnahan keji sebagai agen kelompok transnasional garis keras yang akan merongrong kedaulatan NKRI. Begitupun, rakyat jualah yang akan menilai siapa yang santun dan siapa yang bersikap kasar layaknya teroris.
PKS dan Harapan yang Tersisa
Jujur saja, mungkin polah politik otoriter orde baru yang koruptif telah membuat sebagian besar masyarakat republik ini mengimani kepercayaan Machiavelli bahwa politik itu kotor. Wajar saja kalau kepercayaan rakyat terhadap parpol rendah. Hal itu tercermin dari semakin rendahnya tingkat partisipasi pemilih di berbagai Pemilu dan Pilkada. Hingga kemudian datang PKS yang menggabungkan dua unsur kebaikan: semangat anak muda (hamasatusy-syabab) dan kebijaksanaan para ulama (hikmatusy-syuyukh). Inilah jawaban akan penantian masyarakat akan perbaikan negeri ini. Satu-satunya harapan yang masih tersisa setelah berbagai perilaku amoral dipertontonkan oleh pejabat pemerintahan dan kader partai lain. Maka, sisa harap itu tertumpu di pundak PKS yang menasbihkan diri sebagai agent of change.
Oleh karenanya, PKS tak boleh membuat rakyat kecewa. PKS harus terus berikhtiar untuk kebaikan Indonesia. Dan, tentunya partai ini bukanlah kumpulan malaikat tanpa noda dan dosa. Ada beberapa hal yang perlu dibenahi dalam tubuh partai ini. Pertama, menjaga orisinalitas (ashalah) gerakan. Menjadi partai terbuka memanglah tuntutan konstitusi dan agama. Sebab ini adalah sarana untuk menyebarkan kebaikan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Namun yang harus digarisbawahi adalah jangan sampai karena kepentingan taktis seperti ini PKS kehilangan ruhnya sebagai sebuah gerakan dakwah. Core aktivitasnya sebagai pemikul amanah dakwah tak boleh terlupakan. Para pemimpinnya juga harus mengingat bahwa PKS bukanlah partai yang besar karena popularitas atau kharisma pemimpinnya, namun ia besar karena loyalitas dan militansi kadernya yang terbangun dari proses kaderisasi yang matang. Itulah mengapa aspek pembinaan internal dengan mensolidkan struktur dan terus-menerus meng-up-grade kader menjadi prioritas penting.
Kedua, memelihara keteladanan tokoh dan kader. Kasus yang menimpa Misbakhun sudah semestinya menjadi pelajaran bagi pengurus PKS. Meski aleg PKS tersebut belum terbukti bersalah, namun tak pelak kejadian itu telah mencoreng nama baik PKS yang telah lama dibangun. Ibarat kata pepatah, gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga. Profil kader PKS yang kokoh dan mandiri, dinamiis dan kreatif, spesialis dan berwawasan global dan lainnya itu haruslah terejawantahkan dalam laku sehari-hari kadernya sehingga kalau bisa akan terbit lagi seri-seri berikutnya dari buku Bukan di Negeri Dongeng (Kisah Para Pejuang Keadilan). Karena rakyat kita merindukan sosok yang sederhana dan bersahaja layaknya KH Rahmat Abdullah atau DR. Hidayat Nur Wahid yang bisa mereka teladani, yang sama antara tutur dan lakunya.
Ketiga, mengeluarkan kebijakan dan sikap politik yang populis. Sejarah adalah guru yang paling jujur. Maka PKS wajib bercermin pada gonjang-ganjing akibat iklan Soeharto dan tokoh-tokoh ormas Islam yang dicatut. PKS juga harus mengevaluasi statement kontroversial yang sering disampaikan oleh kadernya seperti Fahri Hamzah dan Anis Matta. Tak ada salahnya memang melakukan manuver politik. Apalagi untuk sebuah strategi agar dapat menjadi headline media massa. Namun ijtihad itu perlu dikaji ulang jika kemudian justru menimbulkan keresahan di masyarakat atau bahkan tubuh internal partai sendiri. Ada baiknya PKS berhati-hati dalam menyampaikan sikap politik ini khususnya yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak semisal harga BMM dan tarif dasar listrik.
Termasuk bagaimana PKS harus mencari posisi aman atas dua tuntutan kelompok yang berseberangan: pendukung formalisasi syariat Islam yang kaffah dan pembela kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia yang berideologi liberal bahkan cenderung fobia terhadap Islam. Untuk hal ini, PKS dapat belajar dari merosotnya suara PAS di Malaysia setelah mereka mengeluarkan buku yang berjudul Negara Islam, sebuah buku yang secara tegas memuat platform dan visi PAS untuk menerapkan Islam dalam hukum positif di negara jiran itu. Sebaliknya, partai AKP di Turki bisa menggapai kemenangan besar di sana dan menguasai 100% kabinet pemerintahan dengan “perngorbanan” merelakan sebagian nilai-nilai sekuler tetap bersemi dan saling berebut posisi dengan nilai Islam di tengah masyarakatnya.
Keempat, menyiapkan SDM yang mumpuni untuk mengelola negara. Sudah bukan rahasia lagi kalau PKS dihuni oleh kader-kader muda yang berpendidikan dan punya latar belakang sebagai aktivis mahasiswa di kampusnya. Ini membuat idealisme dan cita-cita mereka menemukan muara yang tepat. Hal seperti inilah yang perlu terus dimatangkan oleh PKS agar ketika kelak masyarakat memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada PKS, tidak ada lagi keterkejutan. Mengelola negara bukanlah pekerjaan sepele yang semudah membalikkan telapak tangan. Sebab untuk menyusun kembali puing reruntuhan yang terserak ini tak cuma dibutuhkan orang shalih dan jujur, namun juga harus cakap dan kapabel.
Akhirnya, kita harus terus berikhtiar, berdo’a dan memupuk harapan itu agar mindset masyarakat tak lagi berbunyi, “Ah, buat apa nyontreng, siapapun yang terpilih, tetap juganya awak hidup susah.” Alangkah indahnya kalau kemudian yang terdengar dari mereka adalah optimisme menyongsong kebangkitan kembali kejayaan zamrud khatulistiwa ini bersama PKS. Semoga.
*Tulisan ini memenangkan Juara Pertama dalam Lomba Penulisan Opini Muswil ke-2 PKS Sumut 2010
Jika mendengar nama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) disebut, kita akan langsung terbayang pada sosok anak-anak muda berjenggot rapi dan kaum perempuan berbusana rapi dengan jilbab besar yang rajin berdemonstrasi. Ya, partai yang cikal bakalnya disebut Ali Said Damanik (Fenomena Partai Keadilan, 2002) berakar dari Gerakan Tarbiyah yang marak di kampus-kampus pada dekade 80-an itu kini melaksanakan Musyawarah Wilayah ke-2 untuk wilayah Sumatera Utara yang berlangsung di Medan pada tanggal 7-10 Oktober 2010. Ini merupakan momentum yang tepat untuk merumuskan perbaikan bagi tanah bertuah yang berbudi luhur ini.
Banyak hal yang telah ditorehkan oleh partai berlambang dua bulan sabit kembar mengapit padi ini. Sejak awal mula pendiriannya saja, partai yang dulunya bernama Partai Keadilan (PK) ini telah mencengangkan publik Indonesia. Deklarasi pendiriannya di halaman Masjid Al-Azhar, Jakarta dihadiri lima puluh ribu kader. Ini mengagetkan banyak pihak bagaimana mungkin sebuah partai baru bisa menghadirkan massa sebanyak itu. Terlebih lagi setelah mengetahui hasil Pemilu 1999 di mana PK berhasil merebut 7 kursi DPR RI, 26 kursi DPRD Propinisi, 163 kursi DPRD Kabupaten/Kota dan 1,4 juta suara pemilih atau 1,6 % dukungan rakyat. Ini sebuah debut perdana yang mengagumkan. Cuma PK satu-satunya partai baru yang bisa mendapat raihan suara sebanyak itu.
Lalu keajaiban kembali terjadi di 2004. Electoral treshold yang saat itu menjegal banyak kekuatan politik reformasi, tidak menjadi penghalang bagi partai dakwah ini untuk terus bekerja. Mereka memilih baju baru PKS untuk mewarisi dan melanjutkan cita-cita perjuangan PK. Dan hasilnya PKS (bersama Partai Demokrat) menjadi rising star dalam percaturan politik nasional. Capaian suaranya melejit tajam hingga 7,34% (8.325.020) dari jumlah total pemilih dan mendapatkan 45 kursi dari total 550 kursi di DPR. Sementara di Pemilu 2009 sebenarnya PKS mengalami “kekalahan” di beberapa kota besar yang menjadi basis mereka seperti Jakarta, Bandung dan Medan setelah disapu oleh tsunami iklan SBY dan Demokrat, meskipun syukurnya PKS bisa melakukan ekstensifikasi konstituen yang kini semakin melebar tidak hanya di wilayah urban.
Namun, hal yang amat patut diapresiasi adalah semangat PKS yang tak pernah pupus untuk berbuat kebaikan bagi bangsa. Program-program sosial mereka tetap dijalankan, meski tidak diekspos besar-besaran oleh media massa. Dalam penanggulangan bencana, PKS tetap menurukan relawan dan bantuan dana yang tidak pernah sedikit. Termasuk ketika membantu korban musibah gempa Sumatera Barat, Situ Gintung, dan banjir di beberapa daerah. Aksi-aksi solidaritas tetap mereka jalankan meskipun sering difitnah menjadikan kepedihan saudara sendiri di Palestina sebagai komoditas politik. Tulus atau tidak, sedikitnya sudah lebih dari 22 milyar rupiah yang berhasil dihimpun dan disalurkan PKS untuk perjuangan kemerdekaan dan misi kemanusiaan di bumi Al-Quds sana. Begitu pula para anggota legislatifnya yang sampai saat ini Insya Allah masih amanah dan tetap menolak budaya suap walaupun tak jarang dicemooh sebagai orang munafik. Seperti yang dilansir berbagai media, PKS masih tetap menjadi partai terdepan dalam perlawanan terhadap kultur koruptif di pemerintahan. Hal ini dibuktikan dengan data KPK yang menunjukkan bahwa PKS adalah partai yang paling tinggi angka pengembalian gratifikasinya dan tingkat kepatuhan dalam melaporkan kekayaan.
Di samping itu, sejauh ini partai yang kini dipimpin Luthfi Hassan Ishak itu mau tak mau harus diakui telah berhasil melakukan strategi political marketing yang jitu. Terbukti slogan Bersih, Peduli dan Profesional yang didengung-dengungkan telah melekat di benak masyarakat. Hal ini bukanlah semata karena faktor keunggulan konsultan politik sebagaimana yang dilakoni parpol lain, melainkan lebih disebabkan oleh kesantunan sikap berpolitiknya yang tetap mengedepankan prilaku jujur dan bersih, kepekaan pengurus dan kadernya terhadap masalah sosial dan isu-isu kerakyatan serta keberhasilan kader-kadernya yang didaulat menjadi pejabat publik. Kementerian Pertanian yang telah dua kabinet dipegang oleh kader PKS misalnya telah mencatatkan prestasi memperoleh swasembada pangan. Selain itu, kader PKS yang menjad kepala daerah pun juga tak kalah prestasinya. Misalnya, Nurmahmudi Ismail yang mendapat amanah sebagai walikota Depok mendapatkan penghargaan dari KPK sebagai kota yang paling bersih dan tranparan proses pengadaan barang dan jasanya.
Membaca Jalan Moderat PKS
Sejak Mukernasnya pada 2008 di Denpasar, wacana perubahan PKS menjadi partai terbuka menggema di mana-mana. Partai yang selama ini dicap ekslusif ini menyatakan kesiapannya untuk membersamai seluruh komponen bangsa tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, agama dan ras. Apalagi setelah Munas ke-2 PKS di Hotel Ritz Carlton, Jakarta yang semakin meneguhkan komitmen mereka menghargai pluralitas dan kebhinekaan Indonesia dengan mengundang tokoh-tokoh Amerika dan negara Eropa untuk duduk bersama membincangkan masa depan bangsa. Hal tersebut, ungkap J. Kristiadi, menunjukkan bahwa PKS adalah partai yang percaya diri dan bukan harus inferior terhadap negara adidaya. Ditambah lagi iklan-iklan yang menampilkan sosok-sosok beragam mulai dari kyai sampai anak punk, mulai dari Natsir sampai Soekarno dengan merahnya yang menyala. Barangkali pencitraan keberagaman yang ditampilkan tersebut adalah dalam kerangka mewujudkan visi dan misi PKS sebagai “Partai Dakwah Penegak Keadilan dan Kesejahteraan dalam Bingkai Persatuan Ummat dan Bangsa” sebagaimana tercantum dalam AD/ART partai. Partai ini kemudian ingin bisa dikategorikan sebagai kelompok “moderat” (Collins, 2004; ICG, 2005), dalam pengertian menerima demokrasi dan bekerja dalam kerangka konstitusional dan non-kekerasan demi memperoleh simpati masyarakat. Sebab, beberapa waktu sebelumnya, santer tuduhan bahwa PKS membawa hidden agenda untuk menegakkan negara Islam yang dikhawatirkan sebagian kalangan akan merugikan kelompok minoritas. Kekhawatiran itu setidaknya terungkap dalam buku Ilusi Negara Islam yang diterbitkan oleh Ma’arif Institute dan LibforAll Foundation. PKS mendapat fitnahan keji sebagai agen kelompok transnasional garis keras yang akan merongrong kedaulatan NKRI. Begitupun, rakyat jualah yang akan menilai siapa yang santun dan siapa yang bersikap kasar layaknya teroris.
PKS dan Harapan yang Tersisa
Jujur saja, mungkin polah politik otoriter orde baru yang koruptif telah membuat sebagian besar masyarakat republik ini mengimani kepercayaan Machiavelli bahwa politik itu kotor. Wajar saja kalau kepercayaan rakyat terhadap parpol rendah. Hal itu tercermin dari semakin rendahnya tingkat partisipasi pemilih di berbagai Pemilu dan Pilkada. Hingga kemudian datang PKS yang menggabungkan dua unsur kebaikan: semangat anak muda (hamasatusy-syabab) dan kebijaksanaan para ulama (hikmatusy-syuyukh). Inilah jawaban akan penantian masyarakat akan perbaikan negeri ini. Satu-satunya harapan yang masih tersisa setelah berbagai perilaku amoral dipertontonkan oleh pejabat pemerintahan dan kader partai lain. Maka, sisa harap itu tertumpu di pundak PKS yang menasbihkan diri sebagai agent of change.
Oleh karenanya, PKS tak boleh membuat rakyat kecewa. PKS harus terus berikhtiar untuk kebaikan Indonesia. Dan, tentunya partai ini bukanlah kumpulan malaikat tanpa noda dan dosa. Ada beberapa hal yang perlu dibenahi dalam tubuh partai ini. Pertama, menjaga orisinalitas (ashalah) gerakan. Menjadi partai terbuka memanglah tuntutan konstitusi dan agama. Sebab ini adalah sarana untuk menyebarkan kebaikan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Namun yang harus digarisbawahi adalah jangan sampai karena kepentingan taktis seperti ini PKS kehilangan ruhnya sebagai sebuah gerakan dakwah. Core aktivitasnya sebagai pemikul amanah dakwah tak boleh terlupakan. Para pemimpinnya juga harus mengingat bahwa PKS bukanlah partai yang besar karena popularitas atau kharisma pemimpinnya, namun ia besar karena loyalitas dan militansi kadernya yang terbangun dari proses kaderisasi yang matang. Itulah mengapa aspek pembinaan internal dengan mensolidkan struktur dan terus-menerus meng-up-grade kader menjadi prioritas penting.
Kedua, memelihara keteladanan tokoh dan kader. Kasus yang menimpa Misbakhun sudah semestinya menjadi pelajaran bagi pengurus PKS. Meski aleg PKS tersebut belum terbukti bersalah, namun tak pelak kejadian itu telah mencoreng nama baik PKS yang telah lama dibangun. Ibarat kata pepatah, gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga. Profil kader PKS yang kokoh dan mandiri, dinamiis dan kreatif, spesialis dan berwawasan global dan lainnya itu haruslah terejawantahkan dalam laku sehari-hari kadernya sehingga kalau bisa akan terbit lagi seri-seri berikutnya dari buku Bukan di Negeri Dongeng (Kisah Para Pejuang Keadilan). Karena rakyat kita merindukan sosok yang sederhana dan bersahaja layaknya KH Rahmat Abdullah atau DR. Hidayat Nur Wahid yang bisa mereka teladani, yang sama antara tutur dan lakunya.
Ketiga, mengeluarkan kebijakan dan sikap politik yang populis. Sejarah adalah guru yang paling jujur. Maka PKS wajib bercermin pada gonjang-ganjing akibat iklan Soeharto dan tokoh-tokoh ormas Islam yang dicatut. PKS juga harus mengevaluasi statement kontroversial yang sering disampaikan oleh kadernya seperti Fahri Hamzah dan Anis Matta. Tak ada salahnya memang melakukan manuver politik. Apalagi untuk sebuah strategi agar dapat menjadi headline media massa. Namun ijtihad itu perlu dikaji ulang jika kemudian justru menimbulkan keresahan di masyarakat atau bahkan tubuh internal partai sendiri. Ada baiknya PKS berhati-hati dalam menyampaikan sikap politik ini khususnya yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak semisal harga BMM dan tarif dasar listrik.
Termasuk bagaimana PKS harus mencari posisi aman atas dua tuntutan kelompok yang berseberangan: pendukung formalisasi syariat Islam yang kaffah dan pembela kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia yang berideologi liberal bahkan cenderung fobia terhadap Islam. Untuk hal ini, PKS dapat belajar dari merosotnya suara PAS di Malaysia setelah mereka mengeluarkan buku yang berjudul Negara Islam, sebuah buku yang secara tegas memuat platform dan visi PAS untuk menerapkan Islam dalam hukum positif di negara jiran itu. Sebaliknya, partai AKP di Turki bisa menggapai kemenangan besar di sana dan menguasai 100% kabinet pemerintahan dengan “perngorbanan” merelakan sebagian nilai-nilai sekuler tetap bersemi dan saling berebut posisi dengan nilai Islam di tengah masyarakatnya.
Keempat, menyiapkan SDM yang mumpuni untuk mengelola negara. Sudah bukan rahasia lagi kalau PKS dihuni oleh kader-kader muda yang berpendidikan dan punya latar belakang sebagai aktivis mahasiswa di kampusnya. Ini membuat idealisme dan cita-cita mereka menemukan muara yang tepat. Hal seperti inilah yang perlu terus dimatangkan oleh PKS agar ketika kelak masyarakat memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada PKS, tidak ada lagi keterkejutan. Mengelola negara bukanlah pekerjaan sepele yang semudah membalikkan telapak tangan. Sebab untuk menyusun kembali puing reruntuhan yang terserak ini tak cuma dibutuhkan orang shalih dan jujur, namun juga harus cakap dan kapabel.
Akhirnya, kita harus terus berikhtiar, berdo’a dan memupuk harapan itu agar mindset masyarakat tak lagi berbunyi, “Ah, buat apa nyontreng, siapapun yang terpilih, tetap juganya awak hidup susah.” Alangkah indahnya kalau kemudian yang terdengar dari mereka adalah optimisme menyongsong kebangkitan kembali kejayaan zamrud khatulistiwa ini bersama PKS. Semoga.
*Tulisan ini memenangkan Juara Pertama dalam Lomba Penulisan Opini Muswil ke-2 PKS Sumut 2010
Jumat, 28 Mei 2010
Heru Susanto, Relawan Kita !!!!
Setiap kali ada bencana melanda negeri ini, pasti mengusik kepeduliannya. Jiwanya terpanggil untuk sesegera mungkin bertindak menolong para korban. Beliau rela meninggalkan pekerjaannya dan terjun langsung ke lokasi bencana. Kalaulah setiap pasca bencana ada lencana yang disematkan untuk para relawan, maka beliau (boleh jadi) telah memenuhi bajunya dengan lencana itu. Tsunami Aceh, Gempa Jogja, Gempa Pangandaran, Gempa Jabar (Tasikmalaya) dan banjir tahunan yang melanda Kabupaten Bekasi.
Beliau adalah Heru Susanto, Ketua Posko Penanggulangan Bencana (P2B) Kabupaten Bekasi. Ketika rumah tinggalnya di Kavling Santunan Jaya RT 007/01 Mangunjaya Tambun Selatan kebanjiran, beliau tetap terjun ke daerah banjir di Bekasi bagian Utara, meninggalkan anak dan istrinya. Sungguh beliau adalah relawan sejati yang menjadi garda terdepan dalam aksi kepedulian terhadap sesama.
Kini, relawan bencana itu sedang “ditimpa bencana”. Allah SWT mengujinya dengan penyakit. Akh Heru Susanto positif menderita penyakit paru-paru (TBC). Sudah tiga bulan lamanya, ayah dari tiga orang anak ini tidak bekerja dan terbaring sakit. Berbagai pengobatan telah beliau jalani, namun sampai saat ini kondisinya belum membaik. Rasa sakit itu telah menyusutkan berat badannya sampai dengan 30 kg. Berat badan ketika sehat 75 kg dan sekarang hanya 45 kg. Bayangkan, betapa kurusnya kondisi beliau saat ini. Kami mempunyai dokumentasi ketika beliau dalam keadaan bugar dan dokumentasi terbaru sekarang.
Sakit paru-paru membutuhkan penanganan khusus. Dokter yang merawatnya mengatakan, lebih kurang butuh enam bulan untuk terapi pengobatan hingga bisa sembuh kembali. Terapi pengobatannya pun bersayarat; tidak boleh terputus, jika terputus maka harus diulang dari awal lagi.
Masalah yang muncul kemudian adalah pendanaan. Pabrik tempat dia bekerja tidak lagi menanggung biaya pengobatan. Oleh karena itu, untuk meringankan beban Akh Heru Susanto, marilah kita mengumpulkan dana “ta’awun sihi”.
Dana dapat dikumpulkan melalui
Rekening Bank Mandiri No. 125.000.465. 8837 a.n. Budi Purwanto.
Konfirmasi pengiriman ke 081388741164 atau ke budipur2020@ gmail.com atau ke zainudhin@gmail.com. Atas bantuan rekan-rekan semua, kami ucapkan jazakumullohu khoiron katsiro.
Label:
Info DPC Cibitung,
serba-serbi
Sabtu, 24 April 2010
Sa'aduddin, Kesederhanaan Seorang Bupati
Djoko Tjiptono - detikNews
Jakarta - Sederhana. Itulah prinsip utama Sa'aduddin. Orang nomor satu di Kabupaten Bekasi ini ke mana-mana kerap tampil seadanya. Kedua kakinya sangat jarang berbalut sepatu kulit mengkilat. Ditambah lagi, sikap cueknya terhadap aturan protokoler yang serba formil.
Banyak peristiwa unik dari sikap santai serta jauh dari protokoler yang dilakoni Sa'aduddin. Salah satunya ketika melakukan kunjungan kerja ke salah satu kecamatan. Dia diam-diam duduk di sebuah warung kopi tak jauh dari lokasi acara tujuannya. Dia tersenyum geli saat mendengar obrolan beberapa pengunjung warung kopi itu.
"Mereka bertanya-tanya, kok bupatinya nggak datang-datang ya," ungkap Sa'aduddin saat berbicara dengan detikcom, Kamis (15/4/2010).
Bapak dari 8 anak ini mengaku dirinya tidak anti protokoler yang serba resmi. Dia hanya ingin tidak terlalu formil saat bertemu warganya. Sebab dengan demikian, dia bisa mendengar dan melihat lebih dekat kondisi warganya.
"Kalau kita jauh, warga tentunya ya juga jauh. Ukuran sukses juga tidak dinilai dari harta atau jabatan, tapi bagaimana saya bisa siap melayani dan memberikan yang terbaik bagi warga masyarakat sepanjang jabatan saya ini," ujar Sa'aduddin.
Sejak memimpin Kabupaten Bekasi, penyandang gelar doktor ini telah melakukan berbagai terobosan. Untuk urusan pendidikan, dia menggratiskan biaya pendidikan mulai tingkat SD hingga SMP. Tunjangan bagi kesejahteraan para guru pun tak luput diberikan.
Layanan kesehatan masyarakat pun menjadi perhatiannya. Termasuk di antaranya mengupayakan peningkatan pelayanan rumah sakit di Kabupaten Bekasi dengan meningkatkan kelas plus ketersediaan peralatan.
Demikian pula dengan sektor ekonomi. Sa'adudin tengah gencar melakukan optimalisasi sumber penerimaan serta merevisi beberapa regulasi terkait retribusi daerah. Dia juga menggiring pihak swasta agar terlibat dalam proses pembangunan.
"Keterlibatan pihak swasta dalam pembangunan sangat strategis. Terlebih jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Bekasi mencapai lebih dari 143 ribu orang," tutur Sa'aduddin.
Diakui Sa'aduddin, menarik minat swasta untuk melakukan investasi di wilayahnya bukan perkara sepele. Sebab, para investor butuh kepastian hukum dan iklim yang kondusif. Terutama masalah birokrasi dan perizinan usaha yang berbelit-belit. Untuk itulah, Pemkab Bekasi berniat menerapkan pelayanan perizinan satu atap.
"Ke depan, layanan perizinan ini akan kita tingkatkan statusnya menjadi sebuah badan," terang Sa’duddin.
Di akhir cerita, Sa'aduddin mengaku mempunyai 3 doa utama yang selalu dilafalkan setiap hari. Pertama, dirinya selalu berdoa agar bisa menjalani hidup dengan ikhlas. Kedua, dia berdoa agar dirinya selalu istiqomah.
"Yang terakhir adalah bagaimana saya ini nanti dapat meninggal dalam kondisi beriman dan khusnul khotimah," ungkapnya.
(djo/nrl)
sumber:detiknews.com
Label:
Kiprah Bupati,
Kiprah tokoh,
serba-serbi
Sabtu, 20 Maret 2010
FITNAH Terbaru Menerpa PKS (Korupsi Ayat Tembakau)
Oleh: ADMIN
Tak henti-hentinya badai fitnah menerpa PKS.
Fitnah terbaru saya temukan tak sengaja ketika membuka situs kompasiana.com (saya sering bolak-balik ke situs ini bahkan jadi member). Jumat siang (19/3/10) mataku langsung melotot, degup jantung mendadak kencang, kala membaca satu judul artikel yang sangat provokatif.
"Aduhhh PKS Lagi… (Sekarang di Kasus Korupsi Ayat Tembakau)"
Setelah dibuka ternyata isinya membuat lebih kaget lagi. Saya postingkan isinya secara utuh disini (sekaligus sebagai alat bukti, karena mungkin akan dihapus oleh si penulis)
...
Ingatan kita tentu sudah mulai melupakan kasus hilangnya ayat tembakau, pada undang undang kesehatan. Padahal pada saat kasus itu muncul, jagat media memberitakan kasus ini menjadi headline, dan muncul sampai berhari hari. Kasus ini jelasnya adalah ayat 2 pasal 113 UU Kesehatan yang dilaporkan menghilang saat diserahkan ke Sekretariat Negara. Korupsi ayat itu ketahuan karena ayat di bagian penjelasan terlupa dihapus. Setelah diributkan, ayat itu telah kembali ke posisi semula. Ayat 2 Pasal 113 UU Kesehatan itu berbunyi, “Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan atau masyarakat sekelilingnya”.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa pengahapusan suatu ayat pada undang undang adalah suatu kriminal karena efeknya itu adalah kehancuran satu bangunan sistem yang sebelumnya telah dirancang oleh UU. Maka dari itu, penghapusan ayat tembakau pada UU Kesehatan juga merupakan suatu kriminal.
Baru baru ini Koalisi Anti Korupsi Ayat Rokok (KAKAR) mengajukan pengaduan ulang ke Mabes Polri tentang hilangnya ayat ayar rokok itu. Sebelumnya, KAKAR sempat melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya namun ditolak dengan alasan tidak adanya aturan hukum yang mengatur.
Dalam pengaduan terbaru yang disampaikan pada hari Kamis (18/3/2010), dikatakan bahwa tiga Anggota DPR dilaporkan atas hilangnya satu ayat dalam Undang-Undang Kesehatan. Mereka adalah Ribka Tjiptaning dari PDIP, Mariani Baramuli dari Partai Golkar, dan Aisah Solehah dari Partai Keadilan Sejahtera. KAKAR mengatakan bahwa ini merupakan tindak pidana yang sangat merugikan dan menduga ada suap disana.
Berita itu sangat mengejutkan, terutama karena ada satu anggota parlemen dari PKS yang terlibat disana. Kita berharap khusnudzon (berprasangka baik) saja, yaitu bu Aisah Sholehah ini ingin membela konstituennya. Namun Demikian, apapun tujuannya, tindakan penghilangan undang undang merupakan suatu tindakan kriminal apa lagi ini dilakukan oleh anggota DPR dari PKS yang bermoto partai dakwah dan bersih.
...
Membaca baris tulisan ".. Aisah Solehah dari Partai Keadilan Sejahtera.." saya sudah langsung yakin kalau ini adalah fitnah. Karena saya sendiri tidak kenal ada anggota dewan PKS DPR pusat yang bernama Aisah Solehah. Kalau Herlini Amran, Yoyoh Yusroh, Ledia Hanifa saya kenal mereka sebagai aleg PKS DPR RI. Untungnya aleg PKS perempuan itu sedikit jadi mudah diingat. Aisah Solehah? iki sopo? Kalau aleg DPRD kabupaten atau propinsi itu mungkin ada aleg PKS yang bernama itu, tapi DPR PUSAT? ndak ada dech.
Hati ini makin mendidih membaca komentar2 pembaca yang menghujat, menyerang dan memfitnah PKS.
Maka saya pun meminta tolong pada Om Google yang baik hati, searching siapa itu sebenarnya Aisah Solehah? Benarkah dari PKS?
Alhamdulillah, Om Google cepat tanggap. Ada tulisan dari inilah.com yang menyiratkan kalau sosok Aisah Solehah (Aisyah Solekhan) adalah dari GOLKAR.
INILAH.COM, Jakarta - Tiga legislator DPR diduga telah menghilangkan ayat tentang tembakau, dalam draf rancangan Undang-Undang tentang kesehatan, September 2009 lalu.
"Yang dilaporkan Rika Ciptaning (Ketua Komisi 9 DPR dari FPDIP), Aisyah Solekhan, dan Mariani Baramuli (FPG)," kata Ketua Koalisi Anti Korupsi Ayat Rokok (Kakar) Kartono Mohammad, usai melaporkan ke Bareskrim Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis (18/3).
(cek disini: http://inilah.com/news/read/politik/2010/03/18/406822/inilah-3-legislator-yang-diduga-hilangkan-ayat-tembakau/)
Maka sayapun langsung kirim komentar di tulisan kompasiana itu:
MOHON DICEK APAKAH BETUL Aisah Solehah ITU DARI PKS?
KALAU TERNYATA BUKAN DARI PKS, APAKAH ANDA TIDAK MALU?
Si penulis membalas:
http://www.kabarbisnis.com/umum/hukum/2810294-Satu_ayat_hilang___Pansus_tembakau_dimabespolrikan.html
nilai sendiri mana yang benar (begitu tulisnya).
Sayapun balas komentar:
KARENA ANDA YANG MENULIS MAKA "KEWAJIBAN" ANDA UNTUK MENGKONFIRMASI LANGSUNG KE SUMBER PRIMER. TANYA LANGSUNG KE KAKAR ATAU PKS.
Karena si penulis tidak membalas, sayapun tanya ke Om Google lagi, dan jawaban Om Google lebih menjernihkan duduk perkara.
Dari situs vivanews.com ternyata menyimpan arsip tentang SIAPA SEBENARNYA Aisah Solehah yang ternyata bernama Hj.Asiah Salekan, BA, dari Golkar dapil Kalbar anggota komisi IX. Lengkap dengan biodata profil anggota dewan 2004-2009 ini.
cek disini: http://politik.vivanews.com/news/read/2557-hj_asiah_salekan__ba
ASIAH SALEKAN 100 % BERASAL DARI GOLKAR.
Sayapun menulis komentar lagi:
KALAU ANDA REPOT MENCARI SIAPA Aisah Solehah YANG TERNYATA NAMANYA ADALAH Asiah Salekan DARI GOLKAR.
CEK DISINI:
http://politik.vivanews.com/news/read/2557-hj_asiah_salekan__ba
Lalu saya minta agar si penulis meminta maaf kepada PKS dan meralat tulisannya. Penyelesaian kekeluargaan adalah lebih baik daripada ke meja hijau.
SEKETIKA... beberapa tulisan komentar2 pembaca yang melecehkan PKS DIHAPUS oleh si penulis, tinggal menyisakan tulisan asli dan komentar dari saya. BAHKAN, sebelum saya menyelesaikan tulisan ini, tulisan dengan judul "Aduhhh PKS Lagi… (Sekarang di Kasus Korupsi Ayat Tembakau)" sudah HILANG. Bukan hanya tulisannya yang hilang, tapi juga NAMA & PROFIL PENULIS yang tadinya ada juga ikut lenyap.
cek disini:
http://polhukam.kompasiana.com/2010/03/19/aduhhhhh-pks-lagi%E2%80%A6-sekarang-di-kasus-korupsi-ayat-tembakau/
Beruntung saya sempat copy paste isi tulisan itu (sebagai barang bukti, dan pelajaran bagi kita semua). Menghilangnya tulisan di kompasiana itu mungkin akibat ketakutan si penulis akan di meja hijaukan oleh PKS karena ternyata tulisannya salah besar. 100% FITNAH. Dia ingin menghilangkan barang bukti.
Saya sempat berpikir untuk mengusulkan kepada BIRO HUKUM DPP PKS untuk mengusut dan memperkarakan kasus pencemaran nama baik PKS ini agar menggentarkan para tukang fitnah dan agar mereka tidak lagi menyebar fitnah, kepada siapapun. Kalau tulisan yang di kompasiana.com sudah hilang tapi yang di kabarbisnis.com masih ada disitu menyebuat "...Aisah Solehah dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS)..". Menurut saya itu juga perlu diluruskan, namun berhubung keterbatasan maka saya pribadi tidak bisa "menjangkaunya". Mungkin Biro Hukum bisa turun tangan.
Tapi saya juga tidak tahu, bagaimana menghubungi BIRO HUKUM DPP PKS. Ada yang tahu? atau ada solusi yang lain?
Jum'at, 19 Maret 2010.
---
sumber:pkspiyungan.blogspot.com
Label:
berita,
berita nasional,
serba-serbi
Dana Peduli Husna Rp. 151.853.000,-
Ahad sore yang cerah (14/3), penyerahan secara simbolis hasil penggalangan dana ta’awun sihi untuk keluarga almarhum Ade Sulaeman yang meninggal pada 9 Februari 2009. Kita memahami pada saat itu, almarhum Ade adalah salah satu kader dakwah. Salah satu kader yang barangkali tidak cukup di kenal oleh public, bahkan pengurus DPRa mungkin juga tidak banyak yang mengenal beliau, hanya beberapa saja yang mengenal beliau. Namun Insya Allah dia adalah hamba Allah yang dikenal oleh penduduk langit lantaran keikhlasan beliau dalam beramal untuk mengajak kebaikan d itengah-tengah masyarakat. Hal itu bisa kita lihat ketika beliau disholatkan dan dimakamkan, betapa banyak sekali para ikhwah dan masyarakat yang berduyun-duyun bersimpati dan menaruh empati yang sangat dalam dan menghantarkan almarhum ke peristirahatannya yang terakhir.
Kita memahami dan menyadari pada saat itu beban berat keluarga memang sangat terasa oleh kita semua, sehingga sebelum meninggal, pada 8 februari 2010 DPC dibantu oleh beberapa DPRa dan Aleg yang ada melakukan koordinasi untuk penggalangan dana bahwa beban berat keluarga harus menjadi tanggung jawab kita juga sebagai wujud ukhuwah. Pada saat itu memang tidak terbayangkan dari mana kita dapat memperoleh dana? Tetapi dengan dukungan ikhwah sekalian dan petunjuk dari Allah SWT, ternyata Allah memberikan jalan-jalan kemudahan terhadap upaya-upaya pengggalangan dana yang kita lakukan.
Setelah berkoordinasi pada malam itu, selanjutnya kita mengabarkan kepada saudara-saudara kita melalui media informasi-informasi yag bisa kita manfaatkan, seperti liqa-liqa, milis-milis, blog SIPITUNG, email dan facebook. Ternyata kabar ini telah tersiar dengan cepat dan sampai kepada orang yang tepat, yaitu kepada orang-orang yang mempunyai empati yang sangat dalam kepada keluarga almarhum Ade Sulaeman. Bahkan berita ini sampai kepada saudara kita yang berada di Arab Saudi dan Inggris, bahwa saudara kita yang berada di sebuah desa kecil di Wanajaya sedang menanggung beban berat. Berita ini ternyata dipahami dan akhirnya terbukti mereka dengan ikhlas memberikan bantuannya. Bahkan banyak di antara kita, terutama ibu-ibu yang meneteskan air mata ketika membaca catatan kecil dari seorang HUSNA, anak sulung almarhum Ade, yang menyiratkan kegundahan seorang anak yang mencintai abi dan umi tercintanya. Dari sinilah titik awal para ikhwah memberikan bantuannya lewat 3 rekening yang telah kita buka untuk membuktikan ukhuwah ini. Dan ternyata ukhuwah ini tidak saja kita dapatkan dikajian-kajian, tetapi ukhuwah ini ternyata telah terwujud nyata dan menembus batas, tidak terbatas pada jarak dan territorial, hingga ke Kalimantan bahkan Arab Saudi dan Inggris Raya. Dan Alhamdulillah Dana Peduli Husna yang telah terkumpul sejumlah Rp. 151.853.000,- yang selanjutnya telah diserahkan kepada ahli warisnya pada 14 Maret 2010 jam 17.00 wib. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang sempurna kepada ikhwah sekalian, kemudian kita berharap apa yang kita lakukan ini berbuah pahala yang besar, sebagaimana janji Allah SWT dalam QS. An-Nisa (4): 114;
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”
Mudah-mudahan yang kita lakukan ini berbuah kebaikan dan pahala yang besar di akherat kelak. Selanjutnya tentu kita tidak akan pernah berhenti dalam mewujudkan ukhuwah ini dan kita akan selalu berempati dan memberi manfaat kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan. Kepada anak-anak almarhum, kita juga berupaya berkomunikasi dengan rumah zakat dan lembaga-lembaga amal lainnya, untuk bisa memberikan bantuannya berupa beasiswa pendidikan kepada anak-anak almarhum. Dan Alhamdulillah upaya kita tersebut sudah direspon dengan sangat baik oleh rumah Zakat. Selanjutnya semoga apa yang kita lakukan ini sebagai amal untuk senantiasa berjalan menuju pintu-pintu kebaikan. Amin! (bibit)
Sumber: pkscibitung.wordpress.com
Kamis, 04 Maret 2010
PEDULI HUSNA – Proyek amal resmi ditutup
raport terakhir ananda HUSNA,… (smart girl)
Para Sahabat HUSNA yang Budiman,
Diawal ketika kami berkoordinasi untuk melakukan penggalangan dana, tidak ada sedikitpun bayangan bahwa dana yang akan terkumpul dapat menutupi nilai hutang perawatan Almarhum Pa Ade Sulaeman / ayahanda HUSNA dirumah sakit. Yang ada justru perasaan bahwa, sungguh kami akan mendapatkan jalan yang sangat berat dan kalaupun mendapatkan nilai yang ditargetkan, pasti akan memerlukan waktu yang sangat lama.
Tentu saja, perasaan itu tidak serta merta mengurungkan niat kami dan menguburkan kaki-kaki ini sehingga tidak segera dapat melangkah. Dengan modal keyakinan dan harapan penuh kepada ALLAH, kamipun tetap optimis untuk terus bergerak mencari potensi-potensi dana yang ada, menyebarkan proposal, dan mengirimkan kabar kepada teman, sahabat, kerabat serta keluarga.
Alhamdulillah, kabar telah tersiar dengan sangat cepat, kemudian direspon dengan tepat oleh para sahabat HUSNA dari berbagai tempat dan ditindak lanjuti dengan mengirimkan dana kepedulian. Sebut saja misalnya, sahabat yang berada di Jakarta, Bekasi dan sekitarnya, DKM-DKM perusahaan dibeberapa kawasan industri di kab. Bekasi, lembaga-lembaga zakat, sahabat di Kalimantan tengah, para sahabat di Saudi, bahkan sahabat yang berada di Inggris raya. Subhanallah, ukhuwah telah terjalin tiada batas, satu sama lain telah saling memperhatikan, momentum pahala tidak tersia-siakan, dan semua berlomba menuju pintu kebaikan. Pada akhirnya, beban berat keluarga almarhum menjadi ringan.
Sahabat,
Diantara kita mungkin ada yang menanyakan, bagaimana dengan pendidikan ananda HUSNA?
Alhamdulillah, diawali oleh seorang ibu muda yang mengabarkan kepada kami pada tanggal 11 pebruari 2010 bahwa beliau berniat untuk menyisihkan sebagian pendapatannya pada setiap bulan untuk membantu biaya pendidikan dan awal maret kemarin niatnya telah diamalkan. Disusul kemudian seorang ibu muda lainnya pada tanggal 24 Pebruari 2010 telah mengamanahkan dana cash kepada kami untuk melunasi kebutuhan biaya sekolah HUSNA s/d bulan Juli 2010, dan malam itu juga amanah itu telah kami sampaikan kepada Gurunya HUSNA. Kemudian pada hari yang sama (24 peb’2010), kami bertemu dengan manager Rumah Zakat Indonesia cabang Cikarang kemudian mendapat kabar bahwa HUSNA dan adiknya akan menjadi penerima manfaat program Beasiswa Ceria.
Terimakasih Ya ALLAH, engkau sampaikan kabar kebaikan ini kepada orang-orang yang tepat.
Sahabat,
Ikhtiar kita dalam mengirim kabar dan mengajak satu sama lain telah berbuah hasil yang maksimal, ALLAH telah berikan jalan-jalan kemudahan dari arah yang tidak disangka-sangka, ALLAH telah gerakkan hati para Dermawan..
Sampai dengan hari Selasa jam 23.00 dana yang terkumpul sebesar Rp. 115.330.000,- (Seratus lima belas juta tiga ratus tiga puluh ribu rupiah).
Subhanallah, angka yang tidak terbayangkan sebelumnya. Dana yang telah terkumpul ini melebihi beban hutang keluarga, dan Insya Allah kelebihannya akan dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya.
Namun dengan berat hati kami sampaikan, bahwa penggalangan dana secara resmi akan kami tutup pada hari Selasa, 9 Maret 2010 jam 00.15 (tepat satu bulan dihari yang sama Ayahanda HUSNA meninggal dunia). Setelahnya kami akan melaksanakan serahterima dengan keluarga HUSNA. Kami memohon, jika masih ada dana yang belum tersalurkan, agar kiranya dapat segera dikirmkan sebelum hari penutupan.
Dari dalam lubuk hati yang paling dalam, kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas seluruh kontribusi sahabat dalam proyek kebaikan di waktu yang sangat singkat ini. Semogalah, menjadi amal shalih bagi kita semua sebagai bekal dihari kemudian, dan semoga ALLAH tetap menjaga keikhlasan kita masing-masing, amin.
Selanjutnya kami berpesan, teruslah jalin ukhuwah, teruslah saling memperhatikan, rebut setiap peluang kebaikan, semarakan lembaga-lembaga zakat dengan infaq, shadaqah dan zakat kita, agar “HUSNA-HUSNA” lainnya dapat terbantukan, Insya Allah.
Dan terakhir, dengan kerendahan hati kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika dalam 1 bulan terakhir ini ada hal yang kurang berkenan sehingga sedikit mengganggu rutinitas sahabat, semua ini kami lakukan semata-mata ingin mencari keredhaan ALLAH dan Pahala Besar yang dijanjikan-NYA dalam Q.S. 4:114.
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Data Pura
Senin, 22 Februari 2010
Taujih Presiden PKS, Ust. Luthfi Hasan Ishaq di President University Bekasi
Dalam sebuah acara temu struktur dan kader PKS se-Kabupaten Bekasi (17/2) tadi malam, Presiden PKS Ustadz Lutfi Hasan Ishaaq, MA memberikan taujih. Alhamdulillah ada pencerahan tentang persepsi dakwah PKS dan semangat baru bagi kader untuk kembali meneruskan dan tetap istiqomah memperjuangkan cita-cita mulia partai ini bagi kebaikan umat. Berikut point-point penting diantara taujih beliau :
Syukur
Mensyukuri nikmat dan anugrah Allah SWT atas hasil Pemilu 2009 yang menempatkan PKS saat ini sebagai partai Islam terbesar (sebelumnya thn 1999 = 1,8 %, thn 2004 = 8,7 %) yang hakekatnya adalah pertolongan dari Allah SWT. Keberhasilan ini harus dibangun mulai dari perbaikan diri, keluarga, masyarakat dan akan terus menuju kebaikan bagi bangsa dan negara. Meskipun angka Demokrat meroket sampai puncak, tetapi bagi partai dakwah kemenangan adalah bukan pada kuantitas tetapi lebih kepada kualitas, yaitu tumbuhnya sikap istiqomah. Karena dengan demikian, seorang kader telah mampu mengatasi syahwat dan syubhat, serta mampu menentang berbagai kendala dengan sikap berani dan istiqomah.
Perbaikan
Upaya-upaya perbaikan dan meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di tingkat masyarakat, negara maupun pemerintahan didasari oleh dalil yang jelas, di antaranya : hendaklah takut azab Allah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang jahat saja, Allah menghancurkan suatu negeri akibat kemaksiatan penduduknya sementara ahli ibadahnya berdiam diri asyik dengan kesholehan untuk dirinya sendiri tiada peduli dengan sekitarnya. Pada akhirnya tujuan dakwah PKS adalah memperbaiki keadaan pada level politik selain memperbaiki keadaan individu, keluarga dan masyarakat. PKS dan dakwahnya harus menjadi ikon problem solver, yaitu menjadi solusi bagi segala permasalahan ummat, bangsa dan Negara.
Power Sharing untuk dakwah
Memasuki wilayah negara dengan power sharing bukan berarti dakwah PKS serta merta ditinggalkan dan beralih dari tahapan-tahapan sebelumnya, akan tetapi ini semua merupakan tambahan tugas dakwah bagi para kadernya, agar dakwah sampai kepada para pengambil kebijakan negeri ini, sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Yusuf AS. Apalagi dalam pemahaman kader telah menjadi prinsip bahwa tarbiyah madal hayah – tarbiyah / pembinaan dan dakwah terus dilakukan sepanjang hidup.
Upgrade potensi diri
PKS harus senantiasa menjaga tradisi yang telah diajarkan Islam bahwa hakekatnya pemimpin / pejabat adalah pelayan ummat / rakyat. Kader PKS harus selalu berusaha agar dakwah Islam dilakukan secara syamil (menyeluruh) dan mutakamil (lengkap). Untuk melaksanakan syumuliyatul Islam sekedar mengimani saja tidaklah cukup, karena itu diperlukan sikap ekstra untuk segera melaksanakan tujuan-tujan mulia tersebut. Kuncinya berupa : sikap bersegera melaksanakan dan kesiapan ruh/jiwa, fisik/raga, dan fikriyah. Kader harus terus mengupgrade segala potensi dirinya untuk menjadi manfaat bagi masyarakat yang didakwahinya.
Menjadi sosok teladan
Dalam bersikap hendaklah kita semua menteladani apa yang telah dicontohkan para generasi awal Islam yang telah mampu menampilkan perbedaan yang menonjol antara sebelum masuk Islam dengan setelah masuk Islam, sebelum tarbiyah dengan setelah tarbiyah. Maka setidaknya ada 2 hal yaitu : usia kematangan dan percepatan menyelesaikan masalah.
Tuntas
Islam mendorong umatnya untuk Qodirun ‘alal kasbi – mampu dan kreatif dalam pekerjaan agar mampu melaksanakan rukun-rukun Islamnya dengan sempurna. Bukankah untuk berzakat disyaratkan mencapai Nishab / batas minimal dan ukuran ?, bukankah untuk berhaji dibutuhkan cukup bekal ? Sudahkah kita melaksanakan rukun-rukun Islam itu dengan sempurna, sehingga kita menjadi hamba yang paling pantas untuk diberi pertolongan dan kemenangan oleh Allah SWT?
Pemecatan Anggota
Pemecatan Saeful Islam Mubarok Lc. dari keanggotannya di PKS, memang telah menjadi pertanyaan banyak kader. Namun keputusan kolektif Majelis Syuro adalah jalan terbaik demi menyelamatkan pilar-pilar dakwah PKS agar tetap berada di relnya. Keputusan ini tentu sudah melalui prosedur detail yang sangat panjang. Dan ini menjadi bukti bahwa PKS adalah partai yang serius dalam mengelola kader-kadernya sehingga tidak boleh sebagai kader bertindak semaunya.
Kasus Century
Dalam kasus century, PKS telah menempatkan dirinya menjadi partai yang paling konsisten untuk tetap bersih, peduli dan professional. Karena Publik telah banyak berharap bahwa PKS menjadi salah satu motor politik untuk menuntaskan proses politik di Pansus Hak Angket Kasus Bank Century. Maka ditempatkanlah 3 orang yaitu ust. Tamim yang arif dan bijaksana, ust. Fachrie yang tegas/keras dan ust. Andi Rahmat yang sangat menguasai dan paling lengkap data-datanya dalam membongkar kasus ini. Yusuf Kala dan anggota pansus yang lain sampai heran, PKS kok punya data-data kasus bank century sedemikian lengkap. Maka biarkan proses politik ini diakhiri dengan mengalihkannya menjadi proses hukum yang seadil-adilnya, tanpa gangguan dan intervensi kekuasaan.
Tidak seperti biasanya, taujih beliau walaupun dibawakan dengan kalem tapi jelas dan tegas sampai pkl. 24.00 wib, menjadikan jam-jam rawan mengantuk tidak dirasakan oleh lebih dari 300 kader, bahkan dirasa memperoleh pencerahan dari taujih beliau yang memang memiliki pengalaman dakwah yang cukup panjang. Pada saat ini tepatlah beliau diberi amanah partai untuk menjadi Presiden Partai menggantikan Ust Tifatul Sembiring yang telah ditunjuk Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Menkoinfo pada kabinet 2009-2014.
Pada akhir taujih beliau berpesan kepada segenap kader agar tetap istiqomah (berpegang teguh) dalam bingkai dakwah dan tarbiyah.
sumber:pkscibitung.wordpress.com
Label:
Kiprah tokoh,
pesan Presiden
Rabu, 10 Februari 2010
Proposal Permohonan Bantuan Seorang Isteri
Assalamu’alaikum wr. wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita banyak sekali nikmat, yaitu nikmat iman, Islam dan terlebih nikmat sehat sehingga kita masih bisa melaksanakan aktivitas kita sehari-hari. Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada tauladan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, mudah-mudahan kita termasuk pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Melalui proposal ini kami mengetuk hati kaum musliminh dan muslimat dimana saja berada, dikarenakan keterpaksaan dan kekurangan ekonomilah yang membuat kami memberanikan diri untuk menyampaikan permohonan bantuan untuk membantu kesulitan kami sekeluarga.
Pada saat ini suami saya menderita penyakit otak yang terkena virus dan virus ini sangat sulit untuk disembuhkan dengan cepat, dan membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan banyak biaya. Sebagai gambaran kami menjelaskan kondisi sakit dan keuangan keluarga kami, semoga dapat mengetuk hati kaum muslimin dan muslimat.
Nama suami : Ade Sulaeman
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Karyawan PT. Yeong Shin Indonesia
(Kawasan Industri MM2100 Blok G Cikarang Barat)
Anak :
1. Aulia Husna Hamidah (9 tahun – Kelas 3 SDIT)
2. M. Addih Al-Haq (5 tahun – Kelas TKIT/B)
3. Khasa Fadiyah (3 tahun)
Pekerjaan isteri : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan tetap : Rp. 1.300.000,-
Angsuran Bank : Rp. 570.000,-
Angsuran koperasi : Rp. 175.000,-
Ang. KPR Bank DKI : Rp. 500.000,-
Kebutuhan lainnya : Kebutuhan sehari-hari, biaya listrik, biaya sekolah dll.
Alamat lengkap : Perumahan Villa Mutiara Jaya, Blok N81 No.12 Wanajaya Cibitung Bekasi.
Semua pengeluaran tersebut harus kami tanggung semua, sementara kondisi suami tercinta sedang sakit sampai sekarang dan kami harus menanggung biaya berobat yang belum terbayar sebesar Rp. 86.976.800,- (Delapan puluh enam juta Sembilan ratus tujuh puluh enam ribu delapan ratus rupiah) dan kami diberi tempo untuk melunasi dalam aktu sebulan.
Kronologis :
Awalnya muntah-muntah disertai panas sampai pagi, siang hari ke dokter dengan diagnose awal inspeksi lambung. Tiga hari di rumah dengan panas naik turun, terakhir panas tinggi ke dokter dirujuk ke RS Karya Medika Cikarang, langsung ICU dengan diagnose awal typus dan hilang kesadaran.
Mulai sakit : 30 November 2009
Mulai dirawat : 03 Desember 2009
Rumah Sakit : Karya Medika I Cikarang
Perawatan : ICCU (mulai tgl 3 s/d 30 Desember 2009)
Total Biaya : Rp. 93.089.800,-
Telah dibayar : Rp. 6.113.000,- (Dibayar oleh Asuransi PT. Megalife)
Belum terbayar: Rp. 86.976.800,-
Karena biaya yang harus kami tanggung cukup besar sementara kondisi belum membaik, kami memindahkan suami tercinta ke RS. Hasan Sadikin Bandung untuk melanjutkan perawatan mulai tgl. 31 Desember 2009 s/d 25 Januari 2010. Kondisi sekarang belum sadarkan diri dan rawat jalan.
Selama suami sakit, untuk biaya kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan bantuan dari tetangga dan teman-teman. Kami mohon bantuan dana untuk dapat melunasi biaya yang belum terbayar. Semoga bnatuan kaum muslimin dan muslimat mendapatkan ganjaran dari Allah SWT.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Hormat saya,
ARNASIH
Isteri
Hubungi :
Harsono (0812 106 1815)
Rahmat (0817 493 8354)
Data Pura (021 9100 3843) Ã datapura@suzuki.co.id
____________________________________
Assalamu’alaikum,
Kepada Saudaraku yang dirahmati Allah SWT,
Berikut saya kirimkan proposal permohonan dana dari seorang Istri di Cibitung, suaminya adalah teman saya dan saat ini masih dalam keadaan KOMA kira-kira sudah 2 Bulan.
Kondisinya sangat memprihatinkan, suami yang selama ini sbg tulang punggung ekonomi keluarga, ternyata Allah telah Takdirkan harus terbaring tidak sadarkan diri (koma) dipembaringan.
Beban perawatan selama di RS meninggalkan hutang yang harus segera dibayarkan, ketiga anaknya yang masih kecil membutuhkan perhatian dan biaya untuk makan, pakaian, sekolah.
Hampir tiap malam istrinya terjaga mengharap suaminya tersadar dari KOMA, meminta kepada Rabb Yang Maha Kuasa untuk menyembuhkan dalam do’anya yang panjang dengan diiringi tetesan air mata.
Saudaraku,
Apakah kita bisa Bantu untuk meringankan beban keluarga itu?
Saya mohon, mari kita panjatkan doa untuk kesembuhannya. Saya meyakini, Insya Allah salah satu doa kita dikabulkan Allah SWT.
Kemudian, dengan kerendahan hati, saya mohon kepada saudaraku semua, sisihkanlah sebagian harta kita, keluarkan dana sedekahnya.
Semoga Allah menjadikan kabar ini, sebagai jalan menuju pintu kebaikan berikutnya.
Wahai saudaraku, Saya tunggu, kabar baiknya.
Data Pura
Label:
berita duka,
seputar Wanajaya
Selamat Jalan Saudaraku, Akhuna Ade Sulaeman (35 thn)
Inna lillahi wa inna lillahi rajiun….
Keluarga Besar DPC PKS Cibitung Bekasi Jawa Barat mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya akhuna Ade Sulaeman (35 thn). Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa, menerima segala amal baiknya dan arwah almarhum di terima di sisi-Nya. Bagi keluarga yang ditinggalkannya semoga selalu diberi ketabahan dan kesabaran. Amin…
Insya Allah, Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan amal kebaikan kita. Adalah mudah bagi Allah untuk menurunkan mukjizatnya. Dan Allah lah yang paling mengetahui apa yang terbaik buat kita….
Ia berhati putih, lembut, tawadhu’ dan sangat mencintai Islam dan dakwah ini. Setiap waktu ia selalu gunakan untuk beramal dan bersemangat mengajak tetangga dan para sahabatnya untuk mengaji dan meniti jalan dakwah ini…
Ternyata, Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang lebih menyayanginya dengan jalan mengambil dirinya kembali kedalam rengkuhan-Nya. Mengistirahatkan dirinya dari penat kehidupan yang fana ini. Selamat jalan wahai saudaraku, kami menjadi bukti atas ketulusanmu, keikhlasanmu, kebaikanmu, dan perjuanganmu dalam membela dakwah Islam yang mulia ini. Dan Allah yang Maha Perkasa yang paling mengetahui kebajikanmu. Selamat jalan saudaraku. Sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan kepada-Nya kita akan dikembalikan.
Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un…
Rabu, 27 Januari 2010
Bukan di Republik Mimpi
“Politik itu kotor,” kata mantan Presiden Ceko, Vaclav Havel. Dan,” Puisi yang membersihkannya,” ujar Danarto dalam salah satu puisinya. Bahkan Syeikh Muhammad Abduh, ulama Mesir itu sampai harus berdo’a: “Aku berlindung kepada Allah dari masalah politik, dari orang yang menekuni dunia politik dan orang yang terlibat urusan politik, dari orang yang mengatur politik dan yang diatur politik.”
Menyaksikan kelakuan politisi di Pansus Century yang ugal-ugalan membuat kita mau tak mau membenarkan keprihatinan tersebut. Ya, saya terpaksa memakai kosa kata ugal-ugalan yang biasanya disematkan pada pengemudi metromini, mikrolet atau angkot yang tak mau tertib: berhenti di sembarang tempat, menurunkan atau menaikkan penumpang di tengah jalan, dan saling kebut-kebutan untuk mendapatkan penumpang.
Mohon maaf kepada para wakil rakyat yang terhormat, wabil khusus kepada mereka yang kerap berkata tak sopan, berdebat dengan emosi, mencaci-maki dengan kata-kata kasar. Saya--sekali lagi terpaksa—mengatakan mereka ugal-ugalan. Mereka tak ubahnya para sopir angkot yang menghalalkan segala cara untuk mengejar setoran: saling sikut, saling maki, saling tuding, saling serang dan sebagainya.
Saya tak bisa membayangkan jika adegan yang disiarkan secara langsung oleh stasiun tv itu disaksikan oleh anak-anak kita. Selain mendapat kosakata baru yang tak pantas, anak-anak kita juga akan mendapat pelajaran perilaku baru: berkata kasar jika kelak menjadi anggota dewan.
Beruntung saya tak memiliki tv di rumah sehingga anak-anak saya terhindar dari budaya buruk tersebut. Dan kian beruntung manakala pekan lalu saya untuk kali pertama menginjakkan kaki di Bangka Barat, Bangka Belitung.
Di daerah Laskar Pelangi itu, bukan pemadangan pantai nan indah yang menbuat saya terkesan. Bukan pula gurih dan nikmatnya kerupuk Bangka. Tapi justru suguhan perilaku elok yang diberikan oleh seorang politisi yang kebetulan menjadi wakil bupati Bangka Barat. Namanya Ustadz Zuhri M Syadzali. Selama dua hari disana, potret buram para politisi di Jakarta seakan buyar, tak berbekas.
Saya-- yang mendampingi bos bertemu dengan Ustadz Zuhri-- dibuat tak percaya dengan apa yang saya dengar dan saksikan dengan mata kepala sendiri. Seolah-olah sedang berada di Republik Mimpi.
“Dia tak punya mobil dan rumah,” ujar bos kepada saya. Saya terkejut. Hampir lima tahun dia menjadi wakil bupati, tapi dua hal yang seharusnya dengan mudah ia gapai, justru tak dimilikinya. Yang ia “punya” hanyalah rumah dinas yang harus ia tinggalkan saat masa jabatannya berakhir.
Untuk mobil, Ustadz Zuhri memang “memiliki“ empat buah yang terparkir di garasinya. Tapi…tiga mobil dinas dan satu lagi mobil yang dihibahkan oleh bos saya.
Ia memang tak punya banyak uang untuk membeli itu semua. Uangnya banyak dikeluarkan untuk dakwah, melayani rakyatnya. Bahkan, hari-hari belakangan ini dia sedang bingung. Dirinya banyak diminta oleh berbagai lapisan masyarakat untuk menjadi orang nomor satu di Bangka Barat.
Sebuah survey bahkan menempatkannya sebagai tokoh yang memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas tertinggi, jauh meninggalkan tokoh lainnya. Namun, ia tak mempunyai sumber dana yang memadai. Pundi-pundi uangnya sangat terbatas.
Yang membuat saya kian kagum adalah bagaimana cara ia berinteraksi dengan rakyat dan tamunya. Ketika saya tiba di kediaman dinasnya, waktu menunjukkan pukul 22.30 Wib. Ustadz Zuhri datang beberapa saat kemudian. Ia baru saja takziah ke salah seorang warganya di Jebus, satu jam perjalanan dari kediamannya. Bukan kali ini saja ia melakukannya. Setiap ada kesempatan, ia akan meluangkan waktu untuk melayat meski yang meninggal hanya orang biasa.
Usai itu, ia tak berisirahat karena langsung menjamu kami walau gari-garis kelelahan tampak jelas tergurat di wajahnya. Tak berapa lama, handphone nya berdering. Peneleponnya adalah salah seorang anggota dewan dari partai baru yang ingin berkunjung malam itu juga bersama temannya. Ustadz Zuhri tak menolaknya.
Apa yang saya lihat saat Ustadz Zuhri melayani tamunya? Ia menuangkan sendiri air ke dalam gelas dan memberikan kepada tamunya. “Wah, wakil bupati turun tangan langsung nih,” kata salah seorang tamu yang anggota dewan setempat. “Ini belum seberapa dibandingkan Umar bin Khathab yang memanggul gandum untuk rakyatnya,” jawab stafnya. Sang Ustadz hanya tersenyum.
Episode singkat kunjungan saya ke Bangka Barat menyisakan begitu banyak kenangan sekaligus menghapus memori buruk lakon ugal-ugalan yang dipertontonkan para politisi di Jakarta. Politik ternyata begitu indah, santun dan elok. Politik juga sarat nilai kasih sayang dan kemanusiaan serta jiwa melayani. Tak ada arogansi, tiada tembok pembatas antara pemimpin dan rakyatnya.
Berbanding terbalik dengan apa yang dipertunjukkan oleh sebagan besar politisi kita: angkuh, jumawa, sombong, keras kepala, bermental dilayani, dan sebagainya.
Politik itu, kata Harold Lasswell, mempunyai delapan nilai: 1)Kekuasaan; 2) pendidikan; 3)kekayaan (wealth); 4) kesehatan (well being); 5) ketrampilan (skill); 6) kasih sayang (affection); 7) kejujuran (rectitude) dan 8) keadilan (fairness).
Jadi, politik tak sesempit yang ada di benak para politisi kita: hanya sebatas mengejar kekuasaan. Who gets what, how dan when. Siapa dapat apa, bagaimana caranya dan kapan itu terjadi. Tapi juga sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Andai Vaclav Havel sempat berkunjung ke Bangka Barat, mungkin ia akan meralat ucapannya.
Politik bersih, indah dan santun,” ujarnya. Muhammad Abduh pun tentu saja tak perlu berdo’a agar dijauhkan dari politik. Termasuk Danarto yang akan mengubah kesimpulannya. Tak Cuma puisi, “Agama juga dapat membersihkan politik.” Ya, karena nilai-nilai Islam telah menjadi pegangan Ustadz Zuhri dalam menjalankan perannya sebagai manusia dan qiyadah. Wallahu a’lam bishshowab.
Selasa, 12 Januari 2010
Antara Bally dan Royal Saloon ( Mobil Dinas Pejabat)
Selasa, 12/01/2010 08:00 WIB
Jakarta, 1950-an. Sepasang suami istri terlibat perbincangan tak biasa di sebuah rumah. Sang istri kecewa kepada suaminya. “ Lho, kok dari kemarin tidak bilang kalau ada sanering.” Dengan entengnya, sang suami menjawab, “Itu rahasia negara, jadi tidak boleh diberitahu.”
Sang istri pantas kecewa sebab mimpinya untuk membeli mesin jahit hampir buyar. Hanya untuk membeli mesin jahit, ia harus menyisihkan uang gaji suaminya, selama bertahun-tahun. Sedikit demi sedikit ia menabung dengan harapan suatu saat nanti bisa menghadirkan mesin jahit impiannya di rumah. Namun, kebijakan sanering (pemotongan uang yakni nilai uang Rp 100 menjadi Rp 1) membuat nilai tabungannya menurun, tak mencukupi untuk membeli mesin jahit.
Tahukah Anda jika perempuan yang kecewa itu adalah Rahmi Hatta, istri wakil presiden Mohammad Hatta? Sulit membayangkan, istri yang bersuamikan orang nomor dua di Indonesia, harus menyisihkan uang pemberian suaminya, hanya untuk membeli mesin jahit. Tapi itulah yang terjadi.
Seperti istrinya, Mohammad Hatta juga memiliki mimpi nyang tak terbeli: sebuah sepatu Bally, merek sepatu terkenal dan mahal. Pada tahun 1950-an, Bung Hatta berminat pada sepatu itu. Ia menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya. Ia menabung dari waktu ke waktu untuk dapat membelinya. Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi.
abungannya selalu terambil untuk keperluan rumah tangga dan membantu saudaranya.
Hingga akhir hayatnya, sepatu itu tidak pernah terbeli, karena tabungannya tidak pernah mencukupi. Sementara, guntingan iklan sepatu Bally masih tersimpan saat ia wafat.
*************************
Jakarta, 28 Desember 2009. Wajah-wajah sumringah terpancar dari pejabat tinggi negeri ini. Hari itu, mereka mendapat mobil dinas baru: Toyota Royal Saloon 3.000 cc. Harganya Rp 1,3 miliar per buah, menurut pihak Toyota. Namun, Mensesneg Sudi Silalahi membantahnya. “Di bawah Rp 1 miliar,” katanya.
“Sunyi senyap,” ujar Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta saat ditanya kesannya menaiki mobil dinas baru. "Terima kasih kepada Bapak Presiden atas mobilnya," ungkap Gusti (www.detik.com).
"Itu kan bukan punyaku, anggap saja dari rakyat. Numpang pakai punya rakyat masa tidak boleh?" ujar Ketua MPR Tauifik Kiemas, Senin (28/12/2009) yang menganggap mobil tersebut pemberian rakyat.
Ketua DPD RI Irman Gusman menganggap mobil dinas barunya mobil biasa. "Kalau wow itu (dapat) Ferrari atau Mercedes," ujarnya. (www.detik.com)
Menurut Sudi Silalahi, alasan pemerintah mengganti mobil pejabat dari jenis Camry menjadi Toyota Crown Royal Saloon 3.000 cc tidak berlebihan. Sebab, mobil Camry yang dibeli lima tahun lalu sering masuk bengkel.
"Usia pakai kendaraan selama lima tahun sudah menunjukkan ketidakefektifan lagi. Digunakan Camry, kita sering kali masuk bengkel," katanya.
***********************
Indonesian Budget Center (IBC) menganalisis, pengadaan mobil mewah pejabat menyedot APBN sekitar Rp 106 miliar. Harga 1 unit dikabarkan sekitar Rp 1,3 miliar. Sumber lain menyebutkan, mobil mewah yang diadakan melalui APBN-P 2009 itu, untuk 80 unit, beban pajak (PPnBM) yang harus ditanggung negara sekitar Rp 785 juta per mobil atau totalnya sebesar Rp 62,8 miliar (www.depkeu.go.id). Uang tersebut cukup untuk menggratiskan biaya pendidikan sekitar 2.300 siswa setingkat SMP dalam setahun. (Republika)
Kesederhanaan tak lagi dimiliki oleh kebanyakan pemimpin di negeri ini. Berkebalikan dengan Hatta, para pemimpin sekarang justru berlomba-lomba menjadi orang mewah. Dulu, Hatta hanya bisa bermimpi memakai sepatu Bally agar kakinya terasa nyaman saat berjalan. Kini, para petinggi negeri ini tak lagi bermimpi meraih kenyamanan hidup. Kursi empuk Royal Saloon, dengan AC yang sejuk, dan kedap suara, menemani perjalanan mereka, diiringi lagu-lagu favorit dari compact disc dan tayangan tv.
Islam mengajarkan kita untuk menjadi orang kaya agar bisa memberikan zakat dan infak kepada kaum dhuafa. Agar ekonomi umat maju dan kaum muslimin memimpin dunia. Tapi, kaya dan mewah adalah dua hal yang sangat berbeda. Menjadi kaya adalah keharusan; hasil kerja keras yang tak kenal lelah. Namun, mewah adalah sebuah gaya hidup yang menunjukkan karakter seseorang. Kita harus kaya, tapi tak boleh bermewah-mewahan.
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” (At-Takaatsur: 1)
Dalam buku Tafsir Qur’an Per-Kata yang ditulis DR Ahmad Hatta, MA, yang dimaksud dengan “bermegah-megahan” adalah “kesibukan memperbanyak harta dan anak.” Dan yang dimaksud “telah melalaikan kamu” adalah “lalai dari ketaatan kepada Allah.”
Jelas sekali, kemewahan hidup yang kita lakukan hanyalah akan membuat kita lalai kepada Allah. Kita akan terus tergoda untuk bermegah-megahan. Kita akan terus terlena, bahkan, kata Allah, ”Sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (At-Takaatsur:2)
Itulah mengapa Rasulullah saw tak hidup dalam gelimang kemewahan, meski ia sosok yang kaya raya. Ya, Nabi Akhir Zaman itu bukan orang miskin. Ketika beliau menikahi Khadidjah, mahar yang diberikan olehnya adalah 70 ekor unta. Bahkan ada yang mengatakan 100 unta. Hanya orang yang kaya raya yang mampu memberikan mas kawin sebanyak itu.
Tahukah kita apa alas tidur Nabi saw? Hanya tikar dan berbantal pelepah daun kurma yang bekas-bekasnya akan terlihat jelas di punggung dan wajah beliau ketika bangun tidur. Di rumahnya pun sering kali tak memiliki makanan sehingga Nabi saw berpuasa.
Kita pernah memiliki konglomerat generasi pertama pada sosok Abdurrahman bin ‘Auf. Ketika ia berkumpul dengan para pembantunya, sulit membedakan mana Abdurrahman bin ‘Auf dan pembantunya. Mengapa? Karena pakaiannya yang sangat sederhana. Ia sadar dunia hanya tempat singgah sebentar saja. Itulah kehidupan generasi pertama Islam: dunia dalam gengamannya tapi mereka tidak mau diperbudak oleh dunia.
Jika kita percaya bahwa kemewahan akan meninggikan harga diri kita, yakinlah itu sama sekali tidak benar. Justru kesederhanaanlah yang membuat orang lain menghargai kita. Ingatkah dengan Mahatma Ghandi? Ia memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa sendiri dan terompah lokal yang tak bermerk. Tapi, setiap ia menoleh ke kanan, sebanyak 300 juta rakyat India ikut menoleh ke kanan. Bila ia membaringkan tubuhnya di rel kereta api, mereka pun akan ikut berbaring disana.
Apakah dengan Toyota Royal Saloon para pemimpin negeri ini bermimpi mampu menggerakkan 250 juta rakyatnya? Tak akan bisa. Alih-alih mengikuti, rakyat justru muak dengan parade mobil mewah. Mengutip kata almarhum Rahmat Abdullah dalam bukunya Pilar-Pilar Asasi, rakyat akan berkata "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku."
sumber:eramuslim.com
Senin, 11 Januari 2010
MUSRAN
Sebagai partai dak-wah, PKS selalu me-ngedepankan musya-warah atau syuro di dalam mengambil keputusan-keputusan strategisnya, apalagi ketika akan memilih dan menetapkan sebuah kepemimpin-an. Itulah yang ditunjukkan oleh kader-kader PKS di DPRa Wanasari dan DPRa Wanajaya pada Ahad, 20 Desember 2009.
“Usai pemilu bukanlah menjadikan dakwah ini berhenti dan semakin ringan bebannya. Disadari atau tidak, justru tantangan dakwah kedepan semakin berat. Karena itu dibutuhkan seorang profil da’i yang kuat dan berkualitas ruhiyahnya. Jika itu menjadi karakter kita Insya Allah dakwah ini akan lebih diterima,” ucap ust. Wardiana dalam taujihnya.
“Musran adalah salah satu agenda dakwah. Maka di mana-pun posisi kita berada, jadikanlah kegiatan DPRa ini sebagai salah satu ladang amal sholeh kita yang terbaik,” sambung ust. Data Pura dalam sambutannya.
Setelah melalui sebuah proses penjaringan suara di akar rumput, DPC PKS Cibitung akhirnya merekomendasikan 3 orang kandidat untuk menjadi ketua DPRa. Untuk DPRa Wanasari adalah Priyo Parwoto, Suparno dan Elan Suherlan. Sementara itu untuk DPRa Wanajaya adalah Khaerul Shaleh, Arif Rahman dan Nono Harsono.
Ketika memasuki sidang Paripurna tentang pemilihan Ketua DPRa, nampak terekam dalam persidangan begitu menarik, lantaran semua kandidat adalah dipandang cukup mampu dan memenuhi syarat untuk menjadi ketua DPRa. Setelah melalui diskusi panjang dalam sidang komisi, akhirnya diputuskan secara Musyawarah mufakat, Priyo Parwoto sebagai Ketua DPRa Wanasari dan Nono Harsono sebagai ketua DPRa Wanajaya periode 2009-2010.
“Harapan kami kedepan, DPRa Wanajaya mampu lebih bersinergi dengan seluruh komponen masyarakat, sehingga agenda back to tarbiyah dapat kita lanjutkan. Sesungguhnya Allah tidak menilai besar kecilnya amanah, tetapi Allah menilai kesungguhan dan keikhlasan kita. Maka temen-temen harus ikhlas juga jika saya pilih sebagai pengurus,” ucap akh. Nono Harsono, ketua DPRa terpilih dalam orasi penutupnya. Semoga Ketua DPRa terpilih selalu dalam lindungan Allah SWT di dalam menjalankan amanah ini! (bibit)
Sumber:pkscibitung.wordpress.com
Langganan:
Postingan (Atom)